Sembilan Tahun Menyandang Lumpuh, Santoso Perlu Uluran Tangan

0

TERSADAR dari koma, tubuh Santoso tidak bisa lagi digerakkan. Tidak berhenti sampai di situ, ibundanya pun divonis kanker usus Stadium IV. Kini, di keluarga Santoso, hanya satu orang yang menjadi tumpuan.

SANTOSO (27) hanya bisa terbaring lemah di kasurnya. “Saya minta sama Allah setidaknya jari ini bisa digerakkan, supaya saya bisa mandiri, walaupun hanya ngesot,” ucapnya lirih menitip doa. Bertahun-tahun Santoso mengandalkan sang Ibu, Umi Latifah (61), dan adiknya Fahmi (25) untuk membantunya beraktivitas.

KEADAAN itu menggerakkan tim Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) – Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kotabaru untuk mengunjungi Santoso di Desa Sungai Taib, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Kamis (27/6/2019).

BACA: Curah Hujan Tinggi, Banjir Terjang Kotabaru

Santoso menderita lumpuh sejak sembilan tahun silam. Saat itu, ia tenggelam di Pantai Gedambaan Kotabaru, tahun 2010. “Saya sempat koma selama 24 jam dan begitu sadar tubuh dari leher ke bawah tak bisa digerakkan,” kenangnya.

Santoso sempat dirawat di RSUD Kotabaru selama tiga bulan, namun tidak ada perkembangan berarti. “Kami memutuskan pulang dan dirawat di rumah saja,” kata adik Santoso, Fahmi, menambahkan.

Rupanya, kondisi tubuh yang lama tidak bergerak menimbulkan luka yang cukup parah di bagian punggung sampai ke tulang ekor Santoso. Saat tim MRI – ACT Kotabaru menjenguk, luka yang semula menganga sudah berangsur sembuh. “Tinggal luka di bagian tulang ekor yang masih belum kering,” nanar Fahmi menatap sang kakak.

BACA JUGA : Hujan Tinggi, Lima Desa Di Kusan Hulu Tanah Bumbu Terendam Banjir

Tidak cukup sampai di situ, ujian demi ujian dialami keluarga Santoso. Umi Latifah, ibunda Santoso yang selalu sabar merawatnya, divonis menderita tumor usus stadium IV. Umi pun harus menjalani perawatan sejak Januari lalu.

Kini, Fahmi, adik Santoso adalah satu-satunya tumpuan. Fahmi terpaksa keluar dari pekerjaannya sebagai kepala toko di sebuah swalayan demi merawat kakak dan ibunya.

“Kalau ibu sudah selesai berobat, saya mau berobat ke Banjarmasin karena di sini (Kotabaru) tidak ada dokter spesialis saraf. Mudah-mudahan ada jalannya,” kata Santoso.

Selain berkunjung, ACT Kalsel dan MRI Kotabaru  juga menyampaikan bantuan kemanusiaan berupa sembako untuk meringankan biaya hidup keluarga Santoso. “Insya Allah MRI Kotabaru berikhtiar mendampingi Santoso untuk mendapatkan surat rujukan berobat ke RSUD Ulin. Namun saat ini fokus penyembuhan sisa luka di bagian tulang ekor,” lapor Ketua MRI Kotabaru Hamas Al Qasam.

Lebih lanjut, ACT Kalsel melalui program Mobile Social Rescue (MSR) langsung merespons keadaan Santoso. “Kami sudah membuka laman galang dana untuk Santoso, semoga bisa segera terkumpul sesuai harapan,” ujar Koordinator MSR M Budi Rahman Wahid.

“Bagi sahabat yang ingin ikut andil dalam kebaikan ini silahkan langsung berdonasi ke kitabisa.com/santosoinginsembuh,” tambah Budi.(jejakrekam)

Penulis Retno Sulestiyani
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.