Kelaparan, Imbas dari Konflik Berkepanjangan di Afrika

0

KONFLIK berkepanjangan di negara-negara bagian Afrika membuat sebagian besar masyarakatnya tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Harga barang pokok melambung tinggi, sedang bahan makanan sendiri semakin langka. Ujungnya, kelaparan menjadi paling mengerikan bagi warga Sudan Selatan, Somalia, bahkan Mali.

DI Sudan Selatan, kasus kelaparan pun terus meningkat setiap tahun. Jutaan orang kini menderita kelaparan, terutama pada kurun waktu Mei hingga Juli. Program Pangan Dunia (WFP), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), serta Dewan PBB Urusan Anak (UNICEF) mengungkapkan, sekitar 1,8 juta jiwa di Sudan Selatan berada dalam kondisi darurat. Kesenjangan besar terjadi antara makanan, kekurangan gizi akut, dan tingkat kematian yang tinggi.

“Tingkat kekurangan gizi masih kritis di banyak aspek. Kami khawatir situasinya akan memburuk dalam beberapa bulan terakhir,” kata Mohamed Ag-Ayoya, perwakilan UNICEF di Sudan Selatan.

BACA: Ajak Warga Kalsel Berkurban, Global Qurban-ACT Siapkan Salurkan ke Penerima

Menurut laporan terkini PBB pada pertengahan Juli 2019, telah tercatat tujuh juta atau lebih dari setengah populasi Sudan Selatan sedang menghadapi kondisi kelaparan. Dipicu buruknya cuaca dengan intensitas curah hujan yang minim, krisis ekonomi yang semakin besar, dan perang saudara yang berlangsung menahun pun semakin memperburuk kondisi masyarakat Sudan Selatan. Akibatnya, jutaan jiwa pula dikabarkan meninggal dunia akibat kelaparan.

Begitu pula di Somalia, kelaparan menjadi perkara utama yang bahkan bisa mematikan. Hingga sekarang tercatat 2,2 juta jiwa menghadapi kelaparan hebat, dan 3,2 juta jiwa dilaporkan tengah berjuang untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok. Kondisi juga diperburuk dengan peternakan dan pertanian yang ambruk, serta risiko penyakit menular yang kian meningkat. Melansir The National, kegagalan panen yang meluas dan penurunan produktivitas ternak menyebabkan masyarakat di daerah paling parah terkena kerawanan pangan akut.

“Anak-anak termasuk yang paling parah terkena dampaknya, dan ribuan sudah menderita kekurangan gizi. Tidak hanya di Somalia, populasi rentan di beberapa negara tetangga, Ethiopia dan Kenya, juga berisiko,” kaya Victor Moses, Direktur Negara Somalia di Dewan Pengungsi Norwegia.

BACA JUGA: Sekerat Daging dan Asa di Pulau Bromo

Tak hanya Sudan Selatan dan Somalia, belakangan  masyarakat dunia dikagetkan tentang kabar mengerikan yang menimpa muslim Mali. Penyerangan dan penindasan menyebabkan banyak korban meninggal dunia. Juga membuat muslim Mali pergi melarikan diri dari daerah asalnya dan mengungsi ke daerah yang lebih aman, jauh dari konflik dan kecamuk perang.

Seperti negara Afrika lainnya, perkara kelaparan juga terjadi setelah muslim Mali mengungsi demi melarikan diri dari konflik. Fakta menyebutkan, sulitnya muslim Mali mencari pekerjaan di tempat baru menjadi pemicu mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan, termasuk untuk membeli barang pokok. Makanan ada, namun harganya tidak terjangkau bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan.

Berkurban untuk Korban Kelaparan Afrika

Untuk berkontribusi membantu mengurangi tingkat kelaparan di sejumlah negara bagian Afrika, banyak masyarakat dunia yang turut serta memberikan bantuan kemanusiaan. Mulai dari berbagi paket pangan dan kebutuhan pokok lainnya, hingga berbagi kebahagiaan kurban di momen Iduladha mendatang.

Seperti tahun sebelumnya, ACT melalui Global Qurban akan kembali menjangkau negara-negara bagian Afrika. Selain demi memberi kebahagiaan Iduladha, Global Qurban meyakini kebaikan gizi yang terkandung dalam hewan kurban juga dapat mengurangi perkara gizi buruk di Afrika.

Insyaallah, distribusi Global Qurban akan menjangkau Sudan Selatan, Sudan, Somalia, Mali, Kenya, Kongo, Ghana, Nigeria, Mesir, Burkina Faso, Madagascar, Ethiopia, Malawi, Uganda, hingga Zimbabwe.(jejakrekam)

Penulis Nimas Afridha Aprilianti
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.