Laporan ‘Kapal Selam Asing’, Antropolog ULM : Hoaks Menghibur Redakan Ketegangan Politik

0

ADA-ada saja warganet dalam menyikapi suhu politik negeri yang kian memanas usai pertarungan Pilpres 2019. Entah siapa yang membikin, namun postingan yang menggambarkan laporan soal adanya ‘kapal selam’ padahal hanya rakit atau batang berisi jamban apung tengah larut di Sungai Martapura.

SAKING seriusnya dalam laporan seolah-olah reportase seorang ‘intelejen’ mengabarkan masuknya kapal selam asing di perairan Sungai Martapura. Postingan itu pun menyebut pada Sabtu (21/4/2019) pukul 08.00 di Sungai Martapura telah terindentifikasi sebuah benda asing yang diduga sebuah Kapal Selam.

Begitu laporan dalam postingan itu, kemudian diperjelas lagi kapal selam tersebut sempat berada di permukaan perairan selama kurang lebih lima menit untuk melakukan monitoring dan observasi secara senyap sebelum kemudian menyelam ke dalam sungai.

BACA : Bela Jokowi-Ma’ruf Amin, Yusril Akui Capres 01 Diserang Hoaks

Lanjutan laporan itu menyebut analisa sementara giat kapal Selam tesebut diduga berkaitan dengan pemantauan suhu politik di Kalsel oleh pihak asing. Layaknya laporan petugas keamanan, diakhiri dengan demikian ump atau untuk mohon perhatian, berikut dokumen terlampir.

Dosen Prodi Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Lambung Mangkurat, Nasrullah pun menilai joke semacam ini di media sosial secara antropologi menggambarkan kecerdasan lokal yang dimiliki warga Kalsel yang menurunkan tensi ketegangan pasca pemilu 2019.

“Sebagaimana kita ketahui, polemik hitung cepat terus berlangsung dan hampir tidak ada panggung untuk tertawa atau menertawakan situasi saat ini,” ucap Nasrullah kepada jejakrekam.com, Minggu (21/4/2019).

BACA JUGA : Uskup Banjarmasin Prihatin Hoaks dan Ujaran Kebencian Makin Marak

Menurut dia, entah siapa yang membuat tulisan tentang ‘Kapal Selam Asing’ yang sebenarnya batang larut harus diapresiasi. “Inilah hoaks yang menghibur. Bagaimana tidak, fenomena batang larut adalah hal biasa paling keributan terjadi hanya pada pemiliknya bukan di kalangan publik,” papar Nasrullah.

Alumni antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini mengungkapkan ketika batang larut ditangkap secara visual, kemudian beredar di medsos, sambung menyambung di Whatsapp, justru membentuk citra yang berbeda.

“Yang terjadi antara realitas dan citra menjadi terpisah, karena tangkapan visual membentuk representasi berbeda dalam imajinasi publik batang larut seolah-olah  kapal selam,” ungkap Nasrullah.

BACA LAGI : Hoaks dan Intoleransi Semakin Masif, Romo Magnis: Negara Harus Bertindak Tegas

Sosiolog muda ini mengakui dari sinilah yang menggelikan karena dibuat seolah-olah serius. Tak hanya itu, teks dalam format laporan resmi militer ini seakan dari intelijen atau mungkin pasukan intai tempur bahwa terdapat unidentification object (objek tak dikenal) menyerupai kapal selam pengintai.

“Laporan itu dibuat seolah serius, karena benda menyerupai kapal selam itu hanya muncul beberapa saat kemudian menghilang. Kecerdasan pembuat teks mampu membangun paket batang dan jamban larut bertransformasi dalam imajinasi militer yakni kapal selam yang terkoneksi suhu politik di Kalsel,” urai Nasrullah.

Dari telaahan serius secara antropologis, diungkapkan Nasrullah, ada beberapa hal. Pertama, dalam batang tubuh kebudayaan kita memiliki auto-imun untuk menyembuhkan diri sendiri atas ketegangan politik lokal dan nasional dalam situasi pemilu serentak 2019 ini.

BACA LAGI : Hoaks dan Meme di Pemilu 2019

“Kedua, kemampuan seperti ini adalah salah satu varian yang bisa kita temui untuk menyembukan diri sendiri. Artinya kemungkinan lain bisa ada selama mendapat ruang untuk diekspresikan tanpa ada pihak yang harus tersinggung,” tutur Nasrullah.

Ketiga, jika cara ini mampu diimplementasikan masing-masing daerah provinsi di republik ini, maka ketegangan sosial, kepanikan berlahan akan menurun.

“Oleh karena itu, jelaslah dari Kalsel sudah memberikan contoh agar bangsa ini menyembukan diri sendiri dengan cara yang mengibur,” tandasnya.(jejakrekam)

 

Penulis Siti Nurdianti
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.