Penyeberangan Gaza Ditutup, Penyaluran Bantuan Tersendat

0

BLOKADE Israel atas Jalur Gaza semakin berimbas pada ketersediaan pangan di Palestina. Selasa (5/3/2019), Israel menutup jalur penyeberangan komersial Gaza, yakni Karam Abu Salem. Dengan kata lain, akses mobilisasi bantuan kemanusiaan maupun bahan pangan ditutup, kecuali bahan bakar. Hal ini disampaikan oleh sejumlah media Palestina.

PENUTUPAN Karam Abu Salem juga dibarengi dengan serangan Israel di wilayah Palestina dalam beberapa hari terakhir. Dilansir dari The Middle East Monitor, penutupan Karam Abu Salem dan serangan Israel merupakan respons terhadap aksi penerbangan balon pembakar oleh sipil Palestina ke arah pemukiman Israel pada Selasa (4/3/2019), walaupun tidak menimbulkan kerusakan dan korban jiwa.

BACA: Menjaga Ketahanan Pangan Palestina lewat Indonesia Humanitarian Center

Terkait penutupan Karam Abu Salem, Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus berupaya menyalurkan bantuan untuk masyarakat Palestina, khususnya di Gaza. Hal ini disampaikan langsung oleh Vice President ACT Ibnu Khajar.

“Upaya penutupan akses bantuan untuk masuk Gaza tak akan menggetarkan dan tak akan membuat kita surut untuk membantu mereka. Kita selalu berikhtiar agar bantuan ini sampai kepada mereka. InsyaAllah, ribuan ton bantuan logistik dari Indonesia menggunakan Kapal Kemanusiaan tetap sesuai jadwal diberangkatkan pada akhir April mendatang. Inilah bagian dari jihad kita membantu mereka yang tengah berjuang untuk meraih kemerdekaannya,” kata Ibnu.

BACA JUGA:  Pelanggaran HAM Terus Terjadi di Palestina

Dihuni lebih dari 1,8 juta penduduk, Jalur Gaza memiliki enam penyeberangan perbatasan dengan Israel dan satu dengan Mesir. Sejak 2007, Israel telah menutup empat jalur penyeberangan Gaza. Israel hanya menyisakan penyeberangan Karam Abu Salem dan Erez yang terbuka untuk lalu lintas terbatas.

Selama belasan tahun blokade ini, Karam Abu Salem menjadi satu-satunya jalur penyeberangan komersial yang dapat digunakan oleh warga Gaza. Selama itu pula, Karam Abu Salem kerap ditutup seiring menegangnya perjuangan sipil Palestina di perbatasan saat Great March of Return, yang dianggap Israel membahayakan penduduk Israel.(jejakrekam)

Penulis Retno Sulisetyani
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.