Mahasiswa Banjarmasin Gelar Aksi Solidaritas bagi Aktivis Mahasiswa Kaltim

0

ALIANSI Kelompok Cipayung Plus dan beberapa elemen mahasiswa melakukan aksi solidaritas dan unjukrasa terhadap represifitas yang terjadi pada aksi peringatan HUT Kota Balikpapan.

DALAM aksi unjukrasa pada 11 Februari 2019 lalu, berujung ricuh dan membuat sebelas aktivis mahasiswa, termasuk pula jurnalis, mengalami luka dan dirawat di rumah sakit.

Kericuhan terjadi setelah penyanderaan truk dan blokade jalan. Aksi yang dilakukan sehari setelah peringatan HUT Balikpapan itu, menyoroti kasus korupsi rumah potong unggas dan permasalahan lainnya, termasuk banjir.

Muhammad Ridho AGD selaku Sekretaris GMNI Banjarmasin menyampaikan bahwa aksi ini untuk memberi semangat kepada rekan mereka yang sudah melakukan aksi damai tapi malah mendapat tindakan refresif.

“Aksi ini yang akhirnya mengakibatkan belasan massa aksi dilarikan ke rumah sakit. Berdasarkan dari beberapa berita berkembang dan video yang beredar, rekan-rekan kami ada yang diseret bahkan dipukul,” jelasnya.

BACA : Mahasiswa Tuntut Rekannya yang Ditahan Polisi untuk Dibebaskan

Pihaknya juga meminta agar Kapolres Balikpapan mengusut nama oknum-oknum aparat yang melakulan pemukulan tersebut. Karena berdasarkan kajian yang telah mereka rampungkan, hal-hal yang dilakukan oleh oknum telah melanggar Peraturan Kapolri Nomor 16 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengendalian Massa dan Peraturan Kapolri Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyelenggaran Pengamanan, Pengamanan dan Penanganan Perkara Penyampaian Pendapat di Muka Umum.

Aliansi Kelompok Cipayung Plus Banjarmasin menyampaikan juga bahwa selain aksi yang mereka lakukan sekarang ini, pihaknya berharap agar rekan-rekan mereka di Balikpapan juga mengusut nama oknum yang melakukan pemukulan. “Kita harapkan kawan-kawan di sana, istilahnya bisa ‘menghakimi’ terhadap orang-orang yang main hakim sendiri,” tegas Ridho.

Aliansi Kelompok Cipayung Plus Kota Banjarmasin mengambil sikap menuntut Kapolresta Balikpapan mengklarifikasi dan mengusut tuntas para oknum, menuntut aparat penegak hukum agar tidak terjadi represifitas serupa di tingkat nasional, termasuk di Kalsel dan Banjarmasin, serta menegaskan aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada pihak manapun dalam penyampaian pendapat di muka publik.

Permasalahan ini akan dibawa lebih lanjut ke ranah HAM. Selain mahasiswa, dikabarkan bahwa beberapa jurnalis juga menjadi korban dalam aksi itu.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.