Embrio Urang Banjar Mengenal Sepakbola

0

URANG Banjar adalah orang yang suka dengan sepakbola. Wajar bila klub klub mulai tingkat tarkam (antar kampung) hingga profesional tumbuh bak jamur di musim hujan. Siapa yang tidak kenal Peseban, atau Martapura FC hingga klub kebanggaan Urang Banua, Barito Putera. Sayangnya, banyak yang belum tahu bagaimana sejarah munculnya sepakbola hingga kapan Urang Banjar mulai mengenal sepakbola?

DALAM catatan sejarah, olahraga sepakbola muncul sekitar Abad ke-2 sebelum Masehi di wilayah China. Permainan ini dimainkan dengan cara memukulnya menggunakan tangan. Boleh ditendang  saat bola menyentuh  tanah. Bukti ilmiahnya, adanya permainan semacam sepakbola di negeri China pada masa Dinasti Han.

Seperti dituliskan Anung Handoko, pada masa itu, tentara dilatih menggunakan tsuchu untuk latihan fisiknya. Tsuchu adalah latihan menendang bola dari kulit dan memasukkannya ke jaring kecil yang diikatkan pada batang-batang bambu panjang. Pemain membidikkan bola ke jaring kecil menggunakan kaki, dada, punggung, serta bahu sambil berusaha menahan serangan lawan.

Gambar Swarpark atau lapangan yang digunakan serdadu Belanda latihan baris-berbaris (Lapangan Merdeka). Sumber: KITLV

 

Dari wilayah China, olahraga sepakbola berkembang ke seluruh dunia. Pada tahun 1907, berdirilah federasi sepakbola dunia (FIFA) di Paris. Pelopornya negara Perancis, Denmark, Belanda, Spanyol, Swedia dan Swiss. Sepakbola di Indonesia (sebelum kemerdekaan tahun 1945 dikenal dengan nama Hindia Belanda) dikenalkan pertama kali oleh Pemerintah Kolonial Belanda.  Pada  awalnya, pribumi melihat  orang-orang  Belanda bermain bola, lalu mereka pun mengikutinya.

BACA :  PSSI Kalsel Fokus Pembibitan Pesepakbola Usia Dini

Semakin menjamurnya klub-klub sepakbola di Benua Eropa pada akhir Abad ke-18 juga berpengaruh terhadap negara koloninya. Satu diantaranya Hindia Belanda yang menjadi negara koloni/jajahan Belanda. Hal tersebut ditandai lahirnya dua klub sepakbola pertama yaitu Sparta dan Victoria di Surabaya pada tahun 1896. Catatan dari versi lainnya bahwa klub sepakbola modern milik Belanda pertama adalah klub Root-Wit (1893) dan klub Victory (1895).

Klub milik pribumi yang pertama berdiri, yaitu Romeo didirikan Susuhunan Pakubuwono X tahun 1908. Setelah itu muncullah beberapa klub sepakbola pribumi lainnya di Surabaya, Magelang, Batavia dan Bandung.

Oleh sebab itu, untuk mewadahi dan mengatur klub-klub milik pribumi tersebut, didirikan organisasi  bernama  PSSI  (Persatoean  Sepak  Raga Seloereoh Indonesia) yang terbentuk 19 April 1930 di Yogyakarta. Organisasi persepakbolaan ini diprakarsai Ir. Soeratin.

Gambar Lapangan Merdeka, sekarang lokasi Masjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Sumber : Museum Lambung Mangkurat

 

Faktor lain yang mendorong lahirnya PSSI adalah Sumpah Pemuda tahun 1928. Natakusumah mengemukakan momen ini merupakan faktor pendorong dari aspek politik. Selain itu, berdirinya PSSI juga dipicu peng-hinaan dari NIVB (Nederlandsch Indische Voetbal Bond) pada masyarakat pribumi. NIVB beranggapan masyarakat pribumi tidak pantas bermain bersama orang-orang Belanda.

BACA JUGA :  Dari Benteng Tatas, Tata Kota Banjarmasin Digagas

Selain itu, NIVB juga melarang klub-klub di bawah naungannya ikut pertandingan amal yang akan dilaksanakan PSM (Perserikatan Sepakraga Mataram). NIVB menyatakan perkumpulan sepakbola pribumi belum teratur.

Penghinaan tersebut memotivasi tokoh-tokoh sepakbola, seperti Soeratin, Daslam, dan Anwar Noto berkumpul membentuk Panitia Sementara Pembentukan PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia). Kepanitiaan ini akhirnya menyelenggarakan konferensi membentuk PSSI (Persa-toean Sepakraga Seloeroeh Indonesia).

Sejarah adalah memori. Masa lalu. Masa indah yang telah dilibas derap langkah sang waktu. Bagaimana dengan sepakbola di Banjarmasin? Sebelum bernama sepakbola, olahraga ini bernama sepakraga. Hal ini banyak dieksplore dalam karya berupa draft buku M. Hatta, bertitel “Sepakbola Tempo Dulu di Banjarmasin”. Kemudian tulisan Joseph Norbert Frans Marie à Campo, Engines of Empire: Steamshipping and State Formation in Colonial Indonesia.

BACA LAGI :  Sekelumit Kisah Penghukuman Panglima Batur dari Koran De Preanger-Bode

Sepakbola mulai dikenal di Banjarmasin melalui olahraga sepakraga. Sepakraga ini dimainkan Residen Zuider en Oosterafdeeling van Borneo, J. van Weert bersama rekannya Mayor (Majoor) J.F. Schilham, Komandan Garnizon Batalion (militaire commandanten) pada tahun 1908. Mereka awalnya hanya bermain di belakang rumah kediaman residen atau rumah jabatan Gubernur Kalimantan Selatan sekarang.

Sejak itu, mulailah masyarakat Hindia Belanda, terutama di Banjarmasin bersepakraga dan mengembangkannya menjadi sepakbola. Waktu itu populer dengan sebutan main bola. Pada tahun 1910, Pemerintah Hindia Belanda membangun Swarpark atau lapangan yang digunakan serdadu Belanda untuk latihan baris-berbaris (Lapangan Merdeka, sekarang).

Kantor Residen Banjarmasin Tahun 1910. Pada bagian belakang Gedung Inilah J. van Weert bersama rekannya Mayor (Majoor) J.F. Schilham mulai bermain sepakbola. Sumber : KITLV

 

Beberapa tahun kemudian lapangan tersebut mulai digunakan untuk bermain bola oleh orang-orang Belanda, baik pegawai negeri, maupun pedagang. Walaupun tanpa gawang dan bilangan pemainnya masih minim. Menurut M Hatta, Bond persepakbolaan yang pertama berdiri di Banjarmasin bernama Bandjarmasinche Voetbal Bond atau B.V.B pada tahun 1922.

BACA JUGA :  Jejak Kampung Amerong, Perkampungan Elit Eropa di Banjarmasin

Sesuai situasi dan kondisi pada waktu itu, keberadaan B.V.B sesuai iklim dengan masa penjajahan.Oleh karena itu, tidak heran jika perkumpulan sepakbola ini dikuasai hanya masyarakat Belanda dari tahun ke tahun. Sejak awal dekade tahun 1900an, orang-orang Belanda menghimpun diri dalam klub-klub kecil. Klub-klub kecil itu dihimpun dalam klub-klub besar yakni perserikatan (bond).

Dalam perkembangannya kemudian, lahirlah klub-klub “besar” itu seperti Batavia terdapat 14 clubs. Kemudiandi Bandoeng ada 9 clubs. Selanjutnya,di Soerabaja ada 12 clubs, Semarang 15 clubs. Selanjutnya, di wilayah Malang terdapat 8 clubs serta di Soekaboemi 7 clubs dan Djokjakarta ada 10 clubs.

Klub-klub “besar” tersebut kemudian menghimpun diri dalam NIVB. Pada setiap kongresnya selalu diselenggarakan kompetisi (turnamen antar perserikatan). Kompetisi NIVB/NIVU pun berlangsung mulai tahun 1914 sampai tahun 1950.(jejakrekam)

Penulis adalah Penasihat Komunitas Historia Indonesia Chapter Kalsel

Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya (SKS2B) Kalimantan

Dosen Prodi Pendidikan Sejarah FKIP ULM Banjarmasin

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.