Kunci Sukses Pemilu 2019, KPU Bangun Kepercayaan Publik

0

KOMISI Pemilihan Umum (KPU) Kalsel, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kalsel dan Jaringan Demokrasi Indonesia (JaDI) Kalsel serta Network for Democracy and Elektoral Integrity (Netrig) menghelat diskusi publik di Hotel Golden Tulip, Banjarmasin, Sabtu (12/1/2019).

TEMA yang diangkat membangun kepercayaan publik dalam Pemilu 2019.  Dari narasumber yang hadir, semua sepakat bahwa media massa mempunyai peran yang penting membangun dan mengawal proses demokrasi ini.

Ketua KPU Kalsel Edy Ariansyah menjelaskan sebagai penyelenggara pemilu, pihaknya dihadapkan dengan persoalan yang akan menurunkan kepercayaan publik kepada KPU.

“Cara kami menjaga kepercayaan publik, pertama dengan menyelenggarakan pemilu sesuai dengan kerangka hukum yang ada. Kedua, proses elektoral dijalankan dengan cara dan prosedur yang tepat. Ketiga, ada penegakan hukum yang memadai dan tegas,” ucap Edy Ariansyah kepada wartawan, usai diskusi publik tersebut.

 

BACA :  Saksi TPS Dilatih Bawaslu, KPU Yakin Potensi Kecurangan Pemilu Tipis

Edy menyebut tak kalah penting adalah komitmen dan integritas penyelenggara pemilu,  sehingga setiap rangkaian penyelanggaraan pemilu yang dilakukan mendapat akseptabilitas publik.

“Kepercayaan publik akan berdampak pada hasil dan proses terhadap penyelenggaraan pemilu. Berbeda, ketika kepercayaan publik luntur, maka akan berdampak pada legitimasi hasil dan prosesnya,” papar mantan Ketua Panwaslu Banjar ini.

Edy menambahkan, setiap rangkaian dilakukan penyelenggara pemilu dengan cara yang fair, jujur, adil dengan sikap yang mandiri tanpa memihak kepada peserta pemilu. Kemudian, beber dia, berada pada koridor sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan berdasar asas pemilu yaitu umum, langsung, bebas dan rahasia.

BACA JUGA :  Ada 66.858 Kotak Suara Kardus Dipakai KPU Kalsel di Pemilu 2019

Bagi Edy, komitmen dan integritas tiga penyelenggara pemilu yaitu KPU, Bawaslu, dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) adalah kunci kesuksesan pesta demokrasi lima tahunan itu.

“Begitupula, peserta pemilu harus berani jujur dan siap menang dan siap kalah. Sedangkan, pemilih yang cerdas adalah yang tak tergiur dengan politik uang. Kalau pemilih cerdas, tentu tak muda dirayu peserta pemilu,” pungkasnya.(jejakrekam)

 

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.