Pasokan Sayur Mayur Berkurang, Harga Mulai Terdongkrak Naik

0

MEMASUKI akhir tahun, jelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2019, harga komoditas sayur mayur dan bumbu masak mulai merangkak naik di sejumlah pasar tradisional di Banjarmasin.

WALAU kenaikan harga ini tidak terlalu signifikan, namun sejumlah pedagang dan pembeli seperti di Pasar Teluk Tiram dan Pasar Sentra Antasari, mengeluhkan hal itu.

“Memang ada kenaikam harga sayuran dan bumbu dapur. Kisaran Rp 3 ribu hingga Rp 6 ribu per kilogram,” ucap Rani, seorang pedagang sayur mayur di Pasar Teluk Tiram kepada jejakrekam.com, Senin (17/12/2028).

Ia mengakui kenaikan harga ini akibat pembelian barang dari Pulau Jawa yang naik untuk ukuran per karung ukuran 10 kilogram. “Mau tak mau, kami harus menaikkan harga, karena dibeli dari Pulau Jawa sudah naik harganya,” kata Rani.

Dia mencontohkan kenaikan harga sayur mayur dan bahan baku bumbu masak itu seperti kentang, wortel, kol, dan bawang merah dan putih. “Seperti sudah kebiasaan harga sayur mayur dan bumbu masak jelang akhir tahun mengalami kenaikan. Apalagi, di bulan Desember merupakan musim hujan, sehingga pasokan yang didatangkan dari Pulau Jawa, berkurang dibanding bulan sebelumnya,” ucap Rani lagi.

BACA : Sepekan Ini, Harga Komoditas Sayur Merangkak Naik

Senada itu, Hamidah, seorang pembeli di Pasar Sentra Antasari mengaku cukup terkejut dengan kenaikan harga yang berkisar ribuan rupiah itu. “Bulan kemarin, saya beli kol dan kentang hanya Rp 6 ribu kilogram, sekarang sudah Rp 9 ribu per kilogram,” ujarnya.

Kenaikan harga yang cukup tinggi ada para komoditas wortel. Hamidah menyebut sebelumnya dibeli Rp 13 ribu, sekarang sudah meranjak naik menjadi Rp 16 ribu per kilogram. “Saya membeli sayur mayur dan bahan bumbu masak dalam jumlah besar. Ya, untuk keperluan berjualan makanan,” kata Hamidah.

Tak hanya produk pangan yang didatangkan dari Pulau Jawa mengalami kenaikan, Hamidah pun menyebut sejumlah sayur mayur seperti kacang panjang yang didatangkan dari Banjarbaru dan Pelaihari, juga turun naik.  Termasuk, cabe rawit.

BACA JUGA : Ancam Penimbun Barang Pokok, Kapolda Kalsel Terbitkan Maklumat

Hamidah mendapat informasi produk pangan ini jadi mahal, akibat ada beberapa wilayah produksi di Kalsel yang mengalami gagal panen, akibat tingginya curah hujan. “Ini belum ditambah lagi, biaya produksi pertanian juga cukup tinggi, seperti harga pupuk organik naik dan ongkos transportasi untuk membawa sayur ini ke pasar juga ikutan naik,” beber Hamidah.

Sementara itu, Deni, pedagang bumbu dapur seperti bumbu masak karih, bumbu merah dan sop juga mengeluhkan kenaikan harga penjualan. Menurut dia, kenaikan harga ini mengikuti melonjaknya harga bahan pokoknya seperti bawang merah, bawang putih serta cabe merah kering.

“Sebelumnya, harga awalnya hanya Rp 70 ribu sekarang sudah Rp 80 ribu per kilogram untuk ukuran karung isi 10 kilogram,” ungkap Deni.

Mau tak mau, Deni mengatakan para pembuat bumbu masak pun terpaksa turut menaikkan harga yang menyuplai ke kiosnya. Menurut dia, jika terlalu tinggi menaikkan harga, justru akan berimbas sepinya pembeli.

“Memang, banyak para pelanggan yang mengeluhkan kenaikan harga ini. Makanya, kami buat bumbu masak ini dibuat dalam bungkus kecil, sedang dan besar. Jadi, para pembeli bisa memilih sesuai kemampuannya,” tutur Deni.

BACA LAGI : Cek Harga, Paman Birin Ajak Kapolda dan Danrem ke Pasar Sentra Antasari

Dia menyebut untuk bumbu dapur ukuran kecil dibandrol Rp 3 ribu per bungkus. Sedangkan, bumbu dapur dalam kemasan sedang Rp 5 ribu, dan besar dipatok Rp 10 ribu per bungkus.

Kenaikan harga ini juga dikeluhkan Aminah. Wanita paruh baya yang menggeluti usaha rumah makan ini terpaksa harus menambah biaya produksi. “Uang belanja yang biasanya cukup, terpaksa harus ditambah lagi. Jelas akan berimbas pada harga jual makanan kepada konsumen,” kata Aminah.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.