Festival Jukung Diwarnai Sampah, Peserta Sempat Takut Alat Kayuh Patah

0

MESKI berlangsung semarak, ajang Jukung Festival 2018 yang resmi dihelat di Siring Menara Pandang, Banjarmasin, Sabtu (15/12/2018) tak lepas dari sampah. Sungai Martapura yang menjadi arena festival masih diwarnai serangan ‘ilung’, ranting bambu, hingga sampah rumah tangga seperti kasur dan helm bekas.

PARA kontingen yang mengikuti ajang lomba balap jukung tradisional lantas sempat dirundung rasa khawatir. Seperti yang diceritakan oleh anggota tim Gumbayana 1, Ardiansyah.

Saat berhadapan dengan eceng gondok dan ranting bambu saat mengayuh jukung, dia sempat keder jika alat kayuh miliknya patah.

Beruntung sampai garis finish ketakutannya tak terwujud. Ardiansyah menuturkan jika dia sering latihan jukung. Bahkan pernah juara dalam perlombaan di kampungnya, yakni Basirih. Hanya saja, ketika melihat serbuan sampah masif: ia jelas khawatir.

BACA: Festival Jukung, Momen Kota Banjarmasin Menjadi Pusat Studi Budaya Sungai

“Sudah pernah menang. Apalagi kita rutin latihan 3 kali dalam seminggu. Mudah-mudahan bisa juara,” ucap Ardiansyah yang merupakan tim dari Gumbayana 1.

Sementara, menanggapi persoalan masih adanya sampah saat ajang Festival Jukung 2018, Walikota Ibnu Sina tak mau tutup mata melihat persoalan.

Ibnu mengimbau kepada masyarakat Banjarmasin untuk menjadi mata dan telinga bagi seluruh warga kota untuk menjaga kebersihan sungai dari sampah.

“Jadi, bukan hanya Pemkot, satgas kebersihan maupun pasukan turbo yang membersihkan sungai ini, tetapi masyarakat juga turut berpartisipasi. Kita malu jika sungai di Banjarmasin ini dikotori dengan sampah-sampah dari kiriman tetangga,” katanya.

Dia menegaskan akan menggaungkan kembali maklumat yang sudah dihasilkan dari Kongres Sungai Indonesia III pada November silam. Isinya: sungai adalah satu kesatuan manajemen yang tidak terpisahkan.

“One river, one management. Itu suatu konsep yang harus kita jalankan. Karena di Banjarmasin mendapat bagian hilirnya, sementara hulu dari Sungai Martapura dan Sungai Barito adalah lintas dari Kabupaten/Kota,” jelasnya.

BACA: Dihadiri Delegasi Tiongkok, Sabtu Ini Dihelat Jukung Festival 2018

Menurutnya, pada poin kedua dari maklumat Banjarmasin sangat diperlukan adanya one river, one management, yakni satu kesatuan pengelolaan dan Badan Otoritas Sungai. Sebab, bagi dia, Banjarmasin selalu menerima kiriman sampah organik.

Ia menambahkan, masalah ini bisa terselesaikan, andai kata bisa dicegah dari hulunya untuk tidak mengirim sampah-sampah organik. .

“Karena tipikal sungai memang seperti ini. Begitu masuk kota, kita ambil dengan menggunakan Kapal Sapu-Sapu. Semampu kita untuk membersihkan. Namun untuk sampah rumah tangga dan domestik itu tidak bisa kita toleransi,” tegasnya.

Ibnu mengimbau kepada masyarakat di bantaran sungai agar memiliki kepedulian untuk menjaga Sungai Martapura di Banjarmasin yang mengganggu pandang mata. “Mari sama-sama kita peduli. Apabila ada yang liat buang sampah sembarangan di sungai, silakan kirim dan upload di sosial media saya,” pungkasnya. (jejakrekam)

Penulis Arpawi
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.