Islam sebagai Agama Peradaban

0

PERADABAN dalam bahasa Arab disebut sebagai tamaddun, mutamaddin, umran dan hadlarah, sedang  dalam bahasa Inggris disebut sebagai civilization. Menurut Arnold Toynbee, peradaban itu lebih luas daripada kebudayaan. Peradaban membawahi kebudayaan bangsa-bangsa seperti peradaban Barat adalah menghimpun kebudayaan Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, Belanda, Swiss,, Australia, Swedia, Austria, Rumania, Hongaria dan lain-lain.

ADA PULA yang berpendapat bahwa peradaban itu adalah penghalusan dan pencanggihan budaya atau sebaliknya budaya itu sebagai bentuk kasar dan bentuk masih mentah peradaban. Peradaban bisa mengalami pasang-surut, maju-mundur, kuat-lemah dan bangkit-hilang.

Sekarang di dunia ada tertinggal delapan peradaban yakni 1. Peradaban Barat 2. Peradaban Cina 3. Peradaban India 4. Peradaban Islam 5. Peradaban Jepang 6. Peradaban Afrika 7. Peradaban Latin 8. Peradaban Ortodoks.

Adapun yang sudah hilang atau telah diserap peradaban lain adalah Peradaban Atlantik, Peradaban Maya, Peradaban Mesir, Peradaban Babilonia, Peradaban Saba, Peradaban Yunani, Peradaban Rumawi, Peradaban Persia dan lain-lain. Sedangkan budaya dan kebudayaan tak mengalami demikian, ia akan selalu ada dan terpelihara.

Islam dan Peradaban

Amin Abdullah melihat Islam terdiri dari dua sisi yakni Islam Normatif dan Islam Historis. Islam Normatif adalah Islam yang berbentuk ajaran ideal yang terhimpun dalam teks Alqur’an dan Alhadis. Sedang Islam Historis adalah ajaran Islam yang dipraktikkan kaum muslimin sepanjang sejarah dari dulu, kini dan akan datang.

BACA : Penyakit HIV/AIDS : Islam Tawarkan Solusi Bukan Alternatif

Gus Dur (panggilan populer KH. Abdurrahman Wahid, menyebut keduanya sebagai Islam Formal dan Islam Kultural, sementara Cak Nur (panggilan populer Nurcholish Madjid) menyatakan sebagai Islam Doktrin dan Islam Peradaban. Dalam Islam Peradaban atau Peradaban Islam Azyumardi Azra membagi menjadi delapan yakni 1. Islam Arab 2. Islam Persia 3. Islam Turki 4. Islam India 5. Islam Cina 6. Islam Afrika 7. Islam Barat dan 8. Islam Nusantara.

Dulu Islam Nusantara disebut juga sebagai Islam Jawi dan Islam Melayu yang mencakup kawasan Asia Tenggara. Kini nampaknya kata Azyumardi meliputi Indonesia saja. Sebenarnya Islam Nusantara ini tak perlu diperdebatkan apalagi dibenturkan dengan Islam normatif karena ia merupakan aspek Islam yang berbentuk peradaban.

Islam Normatif melihat idealitas Islam, sementara Islam Peradaban berbicara realitas muslimnya. Sampai kapanpun idealitas tidak akan mewujud menjadi realitas. Sebaliknya, mustahil realitas sempurna menjadi idealitas paling hanya mendekati.

Kebetulan di antara delapan peradaban itu, Islam Nusantara sedang dalam sorotan dunia Islam karena ia dikenal sebagai Islam yang ramah, damai, moderat, menghargai lokalitas, kebangsaan, toleran dan rahmatan lil alamin.

BACA LAGI : Nilai Adiluhur dari Ornamen Rumah dan Masjid-Masjid Kuno di Ranah Banjar

Sedangkan peradaban Islam lainnya sedang mengalami krisis. Lebih dari itu, ada beberapa negara Islam yang ingin belajar dan meniru Islam Nusantara. Mestinya kita bangga Islam Nusantara telah menjadi primadona dunia Islam yang banyak menjadi perhatian berbagai pihak, banyak dipelajari dan diteliti oleh orang dalam sendiri dan luar negeri.

Kita masyarakat Banjar dan Islam Banjar sebagai sub bagian Islam Nusantara harus turut serta memasarkan Islam Nusantara ini baik di tingkat lokal, regional, nasional dan global sesuai dengan visi dan misi UIN Antasari yang ingin mengintegrasikan Islam dengan Ilmu, Islam dengan kebangsaan, Islam dengan lokalitas dan Islam dengan globalisasi.

Atau jika diringkas berbunyi Islam yang berbasis lokal berwawasan global. Banjar Tempo Doeloe dalam sejarah tercatat mempunyai peradaban  tinggi yang tak kalah dengan Peradaban Jawa dan Peradaban Sumatera.

Kalau Peradaban Sumatera punya kerajaan Sriwijaya dan Peradaban Jawa memiliki kerajaan Majapahit, maka Peradaban Banjar melahirkan kesultanan Banjar yang disebut Helius Syamsuddin sebagai kesultanan yang sangat besar atau bisa dikatakan imperium yang wilayah kekuasaannya hampir meliputi seluruh Kalimantan sebagai pulau terbesar di Nusantara.

Kemudian, pengetahuan dan teknologi Urang Banjar membikin sungai buatan, carucuk (teknologi Siring) dan rumah Panggung serta pengelolaan sungai, amat dikagumi, diakui dan dipelajari oleh bangsa Belanda sehingga mereka sekarang menjadi terkenal di dunia sebagai bangsa yang ahli membangun di wilayah laut dan sungai.

Bukti lain bahwa Peradaban Banjar itu tinggi adalah Rumah Adat Banjar yang begitu banyak sampai 12 buah, bandingkan dengan provinsi lain yang hanya punya satu dua Rumah Adat. Selanjutnya kita Urang Banjar punya catatan sejarah telah melahirkan tokoh besar Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, ulama besar yang berperan penting dalam jaringan ulama Nusantara. Beliau telah memproduksi pemikirannya tidak saja di tingkat lokal, regional, tapi juga tingkat global.

BACA JUGA : Syair Burdah Menggema, Pawai Malam Tahun Baru Islam di Martapura Makin Bermakna

Tingkat lokal beliau melakukan kontekstualisasi ajaran Islam yang berkembang di Haramain dengan cara mengarab melayukan sekaligus berbahasa Banjar karya-karya beliau. Tingkat regional, beliau dengan kitab-kitabnya yang berbahasa Melayu walau kebanjar-kebanjaran menjadi dikenal dan dipelajari umat Islam di kawasan Asia Tenggara.

Tingkat global, kebanyakan kitab beliau dicetak dan diterbitkan di pusat-pusat Islam seperti Makkah, Mesir, Turki dan Libanon hingga kitab beliau hampir beredar di seluruh dunia Islam, apalagi saat itu bahasa Melayu menjadi bahasa kedua di Haramain sesudah bahasa Arab.

Nah, kita generasi Islam Banjar kini harus bangkit untuk mengglobalkan yang lokal dan melokalkan yang global dalam arus antara gelombang globalisasi dan gelombang islamisasi.(jejakrekam)

Penulis adalah Staf Pengajar Fakultas Tarbiyah UIN Antasari Banjarmasin

Peneliti dan Staf Senior LK3 Banjarmasin

 

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2018/12/14/islam-sebagai-agama-peradaban/

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.