Meremajakan Pasar Ujung Murung Berarti Menghidupkan Ruh Kota Dagang

0

KEBERADAAN Pasar Ujung Murung dan Pasar Sudimampir Baru sangat erat dengan denyut nadi perdagangan Kota Banjarmasin. Dua pasar tua ini merupakan pusat grosir konveksi yang masih melayani kebutuhan pasar di Kalimantan Selatan, hingga provinsi Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Timur.

ADA rancang bangun yang ditawarkan Komunitas Arsitek dan Planalog Banua untuk konsep retivalitasi Pasar Ujung Murung dan Pasar Sudimampir. Meski Pemkot Banjarmasin sudah mengantongi dokumen detail engineering design (DED) sebagai rujukan perencanaan detail atau gambar kerja pada 2004 silam, toh rancang bangun ala Komunitas Arsitek dan Planolog Banua, bisa menjadi data pembanding.

Posisi Pasar Ujung Murung yang berada di simpangan Sungai Martapura, sangat strategis. Karena pasar ini bisa diakses lewat darat dan sungai, ditopang dengan pelabuhan sungai yang telah berdiri.

Konsep Pasar Ujung Murung yang modern ditawarkan dalam sebuah desain menghadap ke Sungai Martapura sebagai etalase kawasan perdagangan itu.

Kesan kumuh akan bisa ‘enyah’ dari kawasan itu. Bahkan, para pembelanja akan merasa nyaman dengan konsep Pasar Ujung Murung yang baru. Saat ini, memang data jumlah pedagang yang beraktivitas di Pasar Ujung Murung, cukup berbeda. Versi Wakil Walikota Banjarmasin Hermansyah menyebut ada sekitar 1.000 pedagang. Sedangkan, versi pedagang malah mendata hanya tidak sampai seribu pedagang.

BACA : Cukup Pasar Sentra Antasari, Jangan Diulang Lagi di Pasar Ujung Murung

Planolog yang turut membidani Komunitas Arsitek dan Planolog Banua, Nanda Febryan Pratamajaya mengakui kondisi Pasar Ujung Murung yang semi permanen sangat kontras dengan Pasar Sudimampir dengan bangunan betonnya.

“Ini belum lagi, soal parkir yang terpaksa menggunakan badan jalan, sehingga sering memicu kemacetan di kawasan Jalan Ujung Murung. Ini ditambah lagi, adanya kios serta pedagang kaki lima yang berjualan di atas trotoar, makin menambah kesemrawutan kawasan itu,” tutur Nanda Febryan Pratamajaya kepada jejakrekam.com, Sabtu (24/11/2018).

Ia mengakui dalam konsep pasar modern di Pasar Ujung Murung dan Sudimampir Baru, jauh lebih memanjakan para pedagang dan pembeli.

Ahli perencanaan kota jebolan Universitas Brawijaya (UB) Malang ini mengungkapkan kesan memperburuk citra kawasan yang termasuk dalam Sudimampir Raya, justru terlihat pada kondisi sekarang.

BACA JUGA : Tiga Lokasi Disiapkan untuk Menampung Pedagang Pasar Ujung Murung

“Padahal, potensi dua pasar ini sangat besar. Malah, perputaran omzet perdagangan mungkin setara dengan pasar grosir di kota besar lainnya seperti Pasar Tanah Abang atau Pasar Turi atau Pasar Wonokromo Surabaya,” ucap Nanda.

Bagi Nanda, menata kawasan Pasar Ujung Murung dan Pasar Sudimampir, berarti Pemkot Banjarmasin menghidupkan ruh kota dagang yang sudah lama tercipta sejak era Kesultanan Banjar, kolonial Belanda hingga sekarang.

“Apalagi di kawasan itu sudah dibangun pedestrian atau siring di tepi Sungai Martapura. Ini menambah nilai tambah kawasan itu,” katanya.

Diakui Nanda, di kawasan Pasar Ujung Murung dan Pasar Sudimampir, tak hanya aktivitas perdagangan, namun juga ada beberapa bangunan penginapan seperti Losmen Amandit dan lainnya, telah mati suri sehingga perlu dibangkitkan lagi.

BACA LAGI : Mimpi Laiknya Tanah Abang, Peremajaan Pasar Ujung Murung Kembali Gaung

Menurut Nanda, konsep Pasar Ujung Murung dan Pasar Sudimampir dibangun berlantai empat dan lima bisa dilakukan pemkot dengan menggandeng investor. “Bangunan lantai nanti harus difungsikan sebagai areal parkir dan loading dock atau kawasan bongkar muat. Tak boleh ada kios di kawasan itu. Ini bisa memecah kemacetan di kawasan itu,” ucap Nanda.

Meski kapasitas parkir di lantai dasar yang ditaksir mampu memuat 100 kendaraan,  tak memenuhi, Nanda menyarankan agar pemerintah kota bisa memikirkan membangun gedung parkir sebagai penopang kawasan etalase kota itu.

“Keberadaan Pasar Ujung Murung dan Pasar Sudimampir yang tertata, tentu akan memberi warna tersendiri di kawasan itu. Apalagi, kini siring di sepanjang Sungai Martapura dengan wisata susur sungai bisa dipadukan dengan konsep perdagangan di kawasan itu,” bebernya.

Terpenting, menurut Nanda, kekhasan kawasan itu tetap dijaga dalam rancang bangun pasar modern, namun tetap memperhatikan kearifan lokal yang ada.(jejakrekam)

 

 

Penulis Arpawi
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.