Taman Geologi, Mimpi Pemprov Kalsel Memagari Pegunungan Meratus

0

DI TENGAH hiruk pikuk gerakan #SaveMeratus, wacana mencetuskan Pegunungan Meratus jadi kawasan geopark (taman geologi) muncul dari pemangku kebijakan Pemprov Kalsel. Pertimbangannya macam-macam. Dari soal batuan-batuannya yang memiliki pesona, kekayaan budaya masyarakat adat, sampai beragamnya flora dan fauna.

TUMBUH dari embrio yang digagas oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalsel. Kebijakan ini diklaim semata-mata untuk penyelamatan Pegunungan Meratus. Maklum, wilayah ini memang telah lama jadi incaran pengusaha industri ekstraktif seperti pertambangan batubara dan kelapa sawit.

“Ditambah lagi, kita bisa memaksimalkan potensi perekonomian masyarakat di sana. Nantinya setiap wilayah yang dicanangkan menjadi kawasan geosite (situs geologi) bakal dikelola lebih lanjut oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis),” ujar Kepala Bidang Air Tanah Dinas ESDM Provinsi Kalsel, Ali Mustofa kepada jejakrekam.com, Senin (12/11/2018).

Tercatat, ada 36 geosite yang masuk dalam Geopark Pegunungan Meratus. Di antaranya, Matang Keladan (Kabupaten Banjar), Air Terjun Kilat Api (Hulu Sungai Selatan), Air Terjun Lano (Tabalong),  Goa Batu Hapu (Tapin), Liang Tapah (Tabalong), Bukit Langara (Hulu Sungai Selatan), dan Air Panas Hantakan.

“Itu semua menjadi usulan kepada Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman RI. Ini untuk diusulkan menjadi bagian dari geopark nasional,” kata Ali. Pengesahan menjadi geopark nasional pun tak mudah, harus bersaing dengan daerah lainnya yang sudah siap secara persyaratan.

Meski harus beradu, Ali mengatakan Geopark Pegunungan Meratus juga tak kalah menarik. Ambil contoh, keunikan tersingkapnya batuan yang berumur tua di Bukit Matang Keladan, Desa Tiwingan Lima dengan jenis Malihan. Atau, batuan diorit yang ditemukan saat penjelajahan di Air Terjun Kilat Api, Desa Tanuhi, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

“Ada juga temuan sungai dalam goa karst seperti Telaga Bidadari yang terletak di geosite Goa Liang Tapah. Atau, situs arkeologi yang pernah menjadi tempat tinggal manusia purba, tepatnya di Geosite Goa Liang Bangkai di Kabupaten Tanah Bumbu,” kata dia.

Belum selesai dengan uniknya batuan dan kebudayaan Pegunungan Meratus, publik juga disuguhi dengan beragamnya flora dan fauna. Seperti Anggrek Meratus, hingga Bekantan Gunung yang tersebar di wilayah pegunungan.

Ali menyebut proyek Geopark Pegunungan Meratus dijamin tak akan mengganggu kehidupan warga pegunungan, khususnya masyarakat adat. Tidak seperti konsep taman nasional yang memakai sistem zonasi, taman geologi yang diusung merupakan hanya bakal berfokus dengan mempertahankan situs geologi, tak melabrak seluruh bentang pegunungan.

“Jangan sampai salah paham, masyarakat masih bisa tinggal di sana, meski sudah ditetapkan menjadi geopark” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kalsel, Nurul Fajar Desira membeberkan proses seleksi menuju geopark nasional masih berlangsung di pemerintah pusat. “Kita bukan bersaing, tapi memang masing-masing harus memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan,” kata mantan Kepala Bappeda Kota Banjarmasin ini.

Terkait orang-orang yang terlibat menjadi pelaksana teknis Geopark Meratus, Fajar menyebut sampai sekarang belum ditetapkan Pemprov Kalsel. “Belum, ini masih menunggu persetujuan dari Gubernur Kalsel terlebih dahulu,”ucap Fajar.

Program ini dianggap juga sejalan dengan hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Provinsi Kalsel yang lebih mengutamakan pariwisata, ketimbang industri ekstraktif seperti pertambangan batubara. (jejakrekam)

Penulis Donny Muslim
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.