Hidup Enggan Mati Tak Mau Angkutan Handil Bakti-Gampa-Marabahan

0

BAK kerakap tumbuh di atas batu, hidup enggan mati tak mau. Kondisi ini yang dialami para pelaku bisnis transportasi Handil Bakti-Marabahan-Gampa. Lamat-lamat angkutan massal ini mulai ditinggalkan warga, seiring dengan makin terkoneksinya akses menuju ibukota Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.

AHYAR (54 tahun), sudah puluhan tahun menggeluti pekerjaan sebagai sopir angkutan atau disebut taksi jurusan Marabahan-Gampa-Handil Bakti. Mobil keluaran tahun 1990-an, bercat putih kuning dan biru, tampak terparkir di Terminal Handil Bakti, tak terlihat penumpang datang.

“Sekarang ini, penghasilan menjadi sopir angkutan tak menentu. Ya, tak bisa lagi menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. Untung saja, istri saya berjualan di kawasan Terminal Handil Bakti ini,” kata Ahyar kepada jejakrekam.com, Senin (29/10/2018).

Ahyar merasakan betul begitu sengitnya persaingan pelakon bisnis transportasi. Kian tahun, kian bulan hingga hitungan hari, para penumpang makin melorot. Terjun payung.

“Penghasilan sekarang tak menentu. Bahkan bisa dibilang tak ada lagi penghasilan para sopir untuk mengangkut penumpang dari Handil Bakti menuju Marabahan dan Gampa,” kata Ahyar.

Dengan tarif per kepala Rp 25 ribu, Ahyar mengaku bisa penuh dalam satu mobil minibus carry sudah untung. Bisa dapat Rp 180 ribu, harus dipotong ongkos bensin yang makin mahal. “Ya, kalau full penumpang, bisa membawa pulang Rp 80 ribu. Itu pun, tak menentu tiap hari, malah kebanyakan kosong,” keluh Ahyar.

Untuk memutar rezeki dan bisa berbagi antar sesama sopir, Ahyar mengungkapkan diadakan giliran dua kali sehari. Rute Handil Bakti-Gampa dua kali sehari, pun ke Marabahan. “Bahkan, untuk tujuan Gampa, bisa lima hari gilirannya, baru dapat penumpang,” ucap Ahyar.

Meski sekarang Marabahan bisa ditempuh lewat jalan darat full, tanpa harus menyeberangi Sungai Barito dengan adanya Jembatan Rumpiang, tetap saja minim penumpang menjadi pemandangan sehari-hari.

Kondisi ini tak dibantah Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Barito Kuala (Batola), Syamsul Arifin. Menurut dia, itu fakta dan kenyataan sepinya penumpang harus dihadapi para pelaku usaha jasa transportasi Handil Bakti-Gampa-Marabahan.

“Memang, penurunan jumlah penumpang di Terminal Handi Bakti, akibat bertambahnya jumlah kendaraan roda dua yang dimiliki warga. Ini belum ditambah mobil pribadi dan taksi online, sehingga sekarang penumpang beralih ke model semacam ini,” kata Syamsul Arifin.

Di samping itu, Syamsul Arifin menyebut kondisi taksi Handil Bakti-Gampa-Marabahan sudah tua, bahkan uzur sehingga perlu peremajaan agar menarik kembali para penumpang menggunakan jasanya.

“Memang ada rencana dari Pemkab Batola yang kami tawarkan ke Organda untuk peremajaan taksi. Namun, justru para pelaku usaha jasa transportasi ini pesimistis, karena kondisi penumpang yang semakin berkurang. Mereka khawatir malah tak bisa bayar kredit angkutan baru,” tutur Syamsul.

Untuk memecahkan masalah itu, terutama agar para sopir bisa bertahan melakoni usahanya puluhan tahun itu, Syamsul mengatakan perlu adanya subsidi peremajaan angkutan itu.

“Kalau mobilnya baru, tentu lebih menarik bagi penumpang. Sebab, ketika mereka menggunakan jasa angkutan ini, penumpang bisa merasa nyaman, bersih dan aman,” imbuhnya.(jejakrekam)

 

Penulis Asyikin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.