Gurindam yang Banyak Rasa

0

SALAH satu program Taman Budaya Kalimantan Selatan di tahun 2018 adalah pagelaran seni di kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan.

PROGRAM ini pertama kali dilaksanakan di HST, kemudian di Tapin, HSS, Balangan, Tabalong, HSU, Barito Kuala, dan terakhir digelar di Banjarbaru. Taman Budaya Kalsel bekerjasama dengan Pemkab Banjarbaru menggandeng Novyandi Saputra melalui Nov’art Laboratory, untuk membuat sebuah pertunjukan di Banjarbaru.

Melalui gelaran ini, Novyandi merancang sebuah pertunjukan yang berplatform pada sebuah sastra Gurindam karya Iberamsyah Barbary. Konsep kekaryaan pada Soundscape of Gurindam bertitik berat pada kata “respon”.

Seniman-seniman yang terlibat akan merespons teks-teks gurindam Iberamsyah Barbary dengan media seni mereka masing-masing. Ini sejalan dengan bagaimana Iberamsyah merespon dan kemudian karya respon Iberamsyah berupa Gurindam direspon ulang.

Gurindam karya Iberamsyah Barbary merupakan Gurindam yang lahir dari proses merespon berbagai kejadian yang dialami, dilihat, didengar, dan dirasakan.

Gurindam-Gurindam Iberamsyah menjadi sangat kontekstual dengan berbagai hal sekarang ini. Ini berbeda dengan gurindam 12 Raja Ali Haji di Kepulauan Riau yang lahir sebagai sebah pedoman dan berintisari pada cara hidup beragama.

Reaksi-reaksi karya seni yang beresensi pada teks gurindam ini kemudian akan melahirkan pembacaan-pembacaan baru para seniman terhadap tubuh baru Gurindam yang tidak nampak sebagai teks namun lahir sebagai esensi simbolik para seniman.

Pertunjukan ini akan digelar pada Sabtu, 27 Oktober 2018, pukul 14.00 Wita hingga 17.30 Wita.

Seniman yang terlibat pada proses merespon Gurindam, antara lain Iberamsyah Barbary, Mukhlis Maman (Julak Larau), Abib Igal Habibi, Dwitiya Amanda Puteri, OBO Orchestra Banjarbaru, Jam’i, Muhammad Ramadhani Al Banjari,  SMAN 2 Banjarbaru, Mika August, Fitri and Friends, Sandi Firly, HE Benyamine, Ardiansyah, Rofin Akustik, Aluh Miia, Mulyadi Razak, Aluh Kariting Henny, dan yang Lainnya.

“Banyaknya seniman yang terlibat akan memunculkan banyak pembacaan baru dan mampu menghadirkan gurindam diluar dari teksnya selama ini. Gurindam akan hadir melalui nyanyian, gambar, lukisan, tarian dan bentuk kesenian lainnya,” kata Novyandi.

Pertunjukan ini akan digelar secara estafet di ruang Hutan Pinus tanpa menggunakan stage, karena stage-nya adalah ruang Hutan Pinus itu sendiri. “Semua akan terlihat natural dan menyatu dengan alam,” kata Novyandi selaku konseptor pertunjukan ini.

Ini menjadi pertama kali pertunjukan yang digelar secara estafet melibatkan banyak seniman dan dibuat dengan konsep merespon. Tata pertunjukan akan dikelola oleh komunitas pergerakan budaya NSA Project Movement Banjarbaru.

Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari Pokdarwis Hutan Pinus Banjarbaru, Restu Guru Group, Kupi Datu, Dewan kesenian Banjarbaru, Akademi Bangku Panjang Mingguraya, dan Project Kawan Photograph.

“Ini juga menjadi bukti bahwa sektor kreatif seperti pertunjukan, harus mampu menjaring pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat, untuk menyatukan persepsi bahwa seni adalah bagian yang integral dalam membentuk estetik-artistik sebuah kota, seperti Kota Banjarbaru,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Andi Oktaviani
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.