Lestarikan Buah Endemik Kalimantan, Hanif Wicaksono Masuk Finalis SATU Indonesia

0

MOHAMAD Hanif Wicaksono, satu-satunya aparatur sipil negara (ASN) Pemkab Balangan yang masuk 12 kontestan ajang Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award 2018.

PEGAWAI di Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Balangan ini masuk 12 finalis SATU Indonesia Awards 2018, dalam kategori lingkungan. Ini berkat aktivitasnya di Kelompok Tunas Meratus, sebagai gerakan dalam konservasi tanaman buah asli Kalimantan.

“Tanggal 9 Oktober nanti, saya diundang panitia SATU Indonesia Award 2018 untuk mengikuti penilaian kembali oleh para juri. Ya, untuk penetapan pemilihan peserta yang berhak mendapat penghargaan dalam ajang SATU Indonesia Awards 2018 ini,” ucap Hanif Wicaksono kepada wartawan di Paringin, Sabtu (6/10/2018).

Hanif dianggap berhasil menjalankan program pengelolaan lingkunga hidup melalui Kelompok Tunas Meratus yang didirikan dan dijalankannya selama ini. Sebelum masuk 12 besar, tim penilai dari SATU Indonesia Awards 2018, beberapa waktu lalu, telah berkunjung dan penilaian langsung.

Warga Gambah Luar Muka, Kandangan, Kabupaten HSS ini mengungkapkan, program Tunas Meratus yang dijalankan selama ini adalah mengumpulkan, mendokumentasikan, membibitkan, dan  membudidayakan tanaman buah Kalimantan. Termasuk, mengedukasi masyarakat akan pentingnya pelestarian sumberdaya plasma nutfah Kalimantan, sejak 2012 lalu.

Khusus pembibitan, pria kelahiran Blitar 18 Agustus 1983 ini mengaku sudah memperbanyak buah endemic Kalimantan lebih dari 100 jenis. Tujuannya, selain pelestarian, juga telah dibagikan ribuan bibit  dibagikan baik kepada masyarakat, instansi maupun kebun raya.

“Untuk edukasi, kita langsung turun ke masyarakat. Ya, memberi pengetahuan tentang plasma nutfah buah asli Kalimantan. Terutama, membagikan bibit, buku dan biotour tentang keanekaragaman buah Kalimantan,” bebernya.

Hanif dan Tunas Meratusnya juga memberdayakan salah satu desa sebagai desa wisata yang berbasis desa plasma nutfah buah. “Kami ingin menyelamatkan, mengenalkan dan membudidayakan buah asli Kalimantan, berpacu dengan lajunya deforestasi dan mengancam keberadaan buah endemik,” katanya.

Bagi Hanif, program ini sangat membantu stakeholder dalam menyusun kebijaksanaan baik bidang sumber daya alam, kehutanan, lingkungan hidup, dan holtikultura.

“Jadi, masyarakat bisa lebih mengenal kekayaan dan keragaman sumberdaya genetik serta membantu memberikan pilihan alternatif konsumsi buah Nusantara,” tandasnya.(jejakrekam)

 

Penulis Gian
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.