PWI Gelar Safari Jurnalistik, Ingin Wartawan Indonesia Lebih Berkompeten

0

SAFARI jurnalistik dihelat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Selatan dengan menghadirkan wartawan kawakan dari PWI Pusat. Kegiatan ini dimaksud untuk meningkatkan kompetensi wartawan agar lebih profesional, berwawasan dan beretika di kantor PWI Kalsel, Jalan Pangeran Hidayatullah, Banjarmasin, Jumat (5/10/2018).

KETUA PWI Pusat Atal S Depari mengatakan ke depan organisasinya akan mengarahkan para anggota untuk mengkuti jenjang pendidikan dan pelatihan sesuai AD/ART. “Ini demi meningkatkan kompetensi maupun profesionalisme dana martabat wartawan Indonesia,” kata Atal.

Salah satu upaya itu melalui safari jurnalistik. Bagi Atal, kegiatan itu akan menjadi ikon PWI ke depan, sehingga para wartawan akan terus di-upgrade agar bisa menyesuaikan perkembangan zaman.

“Misalnya sekarang, belum ada materi digital. Padahal, kita sekarang hidup di era digitalisasi milenial. Makanya kita harus mulai adaptasi,” ucapnya.

Menurut Atal, untuk merangsang peserta pada kegiatan jurnalistik ini perlu adanya sponsor dalam mengikat mitra yang tulus agar profesionalisme tetap selalu dibangun.

“Mungkin mendatang  PT Astra International Tbk bisa menggelar lomba tulis mengenai produknya dengan menawarkan hadiah. Kemudian, tulisan juara I masuk di majalah Astra di internasional,” katanya.

Menurut Atal,  hal ini akan mendorong wartawan untuk giat berlatih menulis dan memperdalam tulisan. Sebab, beber dia, semua ilmu, baik usaha maupun perusahaan harus dipahami.

Ia menyatakan ke depan, PWI harus menjadi PWI zaman now, sehingga pendidikan jurnalistik bisa merata di seluruh Indonesia. Masih menurut Atal, sebelumnya PWI pernah menggelar Sekolah Jurnalis Indonesia (SJI), namun tidak berlanjut lagi. Ini mengingat biaya kegiatannya dinilai besar dalam jangka waktu selama 12 hari.

“Tentu saja, wartawan yang dilatih meninggalkan pekerjaannya di kantor selama 12 hari. Kemudian dana tersebut bisa menghabiskan Rp 250 hingga 300 juta per kegiatan,” jelasnya.

Atal mengakui PWI tidak bisa menyelenggarakan pendidikan jurnalistik ini merata ke seluruh provinsi. Ia berjanji akan membangun pendidikan dan pelatihan jarak jauh. Namun, tetap bisa face to face.

“Sekarang ini biayanya murah. Misalnya di Jakarta adalah sentralnya untuk belajar. Semua daerah itu bisa mengkoordinasikan waktunya,” ucapnya.

Atal mengakui pendidikan jurnalistik ini hanya diselengarakan 14 provinsi dari 35 provinsi yang ada di Indonesia. Namun, menurut dia, hal ini bisa dilakukan menyeluruh dengan cara pendidikan jarak jauh. “Sekarang, perangkatnya lagi kami siapkan. Saya termasuk pemain cepat. Insya Allah bisa,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Arpawi
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.