Jadi Menu Buka Puasa, Bubur 41 Bahan Ludes Terbagi di Hari Asyura

0

TRADISI memperingati 10 Muharram dalam kalender hijriyah, sangat lekat dengan pembuatan bubur Asyura di masyarakat Banjar, di Kalimantan Selatan. Tepat pada Kamis (20/9/2018), hari ‘keramat’ Asyura, banyak tempat dilaksanakan pembuatan bubur beras dengan campuran 41 macam bahan.

LAZIMNYA, bubur Asyura ini dicampur dengan sayuran, umbi-umbian, kacang-kacangan hingga daging ayam dan sapi. Bubur Asyura ini disajikan sebagai hidangan berbuka puasa sunat Hari Asyura.

Bagi masyarakat Banjar, 10 Muharram sangat identik dengan simbol syukur kepada Allah SWT atas beberapa peristiwa penting berkaitan dengan para Nabi dan Rasul Allah. Di antaranya, pada Hari Asyura adalah hari diciptakannya Nabi Adam dan diterima tobatnya. Kemudian, berlabuhnya bahtera Nabi Nuh di Bukit Judi, diangkatnya Nabi Idris ke surga serta selamatnya Nabi Iberahim dari apinya, Namrudz.

Pada Hari Asyura, Nabi Yakub juga sembuh dari kebutaan dan bertemu dengan Nabi Yusuf. Diselamatkanya, Nabi Musa bersama pengikutnya saat menyeberangi Laut Merah dari kejaran pasukan Fir’aun. Begitupula, Nabi Sulaiman dianugerahi Allah SWT sebuah kerajaan besar yang tiada tara. Hari Asyura juga adalah dikeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan Nun atau paus besar, serta diangkatnya Nabi Isa ke surga, setelah serdadu Roma gagal menangkap dan menyalibnya.

Sedangkan, ritual paling utama adalah berpuasa sunat Asyura sebagaimana diperintahkan Nabi Muhammad SAW, dengan jumlah dua hari agar berbeda dengan tradisi umat Yahudi dan Nasrani.

Nah, tradisi ini turun temurun tetap terjaga yang merupakan warisan dari budaya Kesultanan Banjar. Seperti terlihat di Jalan Batu Benawa, Kelurahan Teluk Dalam, Banjarmasin Tengah, Kamis (20/9/2018). Kuliner khas 10 Muharram ini, dibuat warga Batu Benawa dengan bergotong royong, layaknya tradisi yang masih lestari di etnis Banjar.

“Kami membuat bubur Asyura untuk dihidangkan bagi warga yang tengah melaksanakan puasa sunat,” ucap Nurul, warga Batu Benawa kepada jejakrekam.com, Kamis (20/9/2018).

Ia mengungkapkan sesuai warisan leluhur, bubur nasi ini dibuat seperti bubur dengan aneka rasa. Dicampur berbagai bahan dari sayuran, kacang-kacangan dan umbi-umbian, serta daging.

“Kami sengaja membuat dalam porsi besar. Ya, agar warga bisa mendapat jatah yang merata. Pada Hari Asyura ini, kami juga bisa bersilaturahmi dengan warga lainnya,” kata Nurul.

Menurut dia, selanjutnya, bubur Asyura ini dibagikan ke masjid dan mushala untuk keperluan berbuka bersama.  “Ya, jadi menu berbuka puasa sunat,” ucap Nurul lagi.

Hal serupa juga terlihat di masyarakat Alalak Tengah, Banjarmasin Utara. Di Masjid Kanas, dibuat bubur Asyura dalam beberapa kuali besar. Usai shalat Ashar, bubur itu dibagi hingga ludes. “Bubur ini untuk menu berbuka puasa. Bagi yang tak berpuasa, ya bisa langsung menikmatinya,” ucap Minawarah, warga Alalak Tengah.(jejakrekam)

 

Penulis Asyikin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.