Foto : Asyikin
NADA-nada heroik mengalun dari petikan sang pemetik sape kelas dunia, Humayoris, memecah keheningan malam di Gubernuran Kalsel, Jalan Jenderal Sudirman, Banjarmasin, di tengah ratusan penonton yang memadati lapangan terbuka, Senin (13/8/2018) malam.
DALAM Festival Pesona Budaya Borneo II, Yoris-begitu biasa disapa sengaja didatangkan untuk menghibur para peserta dan pengunjung even tahunan yang menonjolkan semua sisi budaya khas Dayak dan suku lainnya di Pulau Kalimantan.
Petikan alat musik khas Dayak ini benar-benar memesona. Para penonton begitu takjub dengan nada-nada penuh keteduhan yang dipetik Yoris, pemuda asal Malinau, Kalimantan Utara.
Apalagi, jam terbang Yoris sudah melalang buana ke mancanegara memperkenalkan sape, alat musik petik khas Dayak Borneo. Di hadapan ratusan penonton, Yoris mengaku menguasai semua alat musik. “Namun, entah kenapa saya justru tertarik dengan keindahan sape. Saya suka dan terus belajar bermain sape sejak berumur 10 tahun,” kata Yoris.
Tak hanya mahir memainkan sape, Yoris juga menciptakan lagu-lagu berbahasa Dayak. Sudah puluhan lagu digoreskannya lewat olah pikir dan seni yang mengalir dalam darahnya.
Tak mengherankan, ketika Yoris memetik sape, layaknya seorang maestro, begitu renyah dan enak didengar. Hingga, para penonton pun tak beranjak dari tempatnya.
“Saya sudah dua hari berada di Banjarmasin. Malam ini merupakan penampilan terakhir saya. Besok, saya akan menghibur para turis di Bali untuk memperkenalkan musik tradisional Dayak,” ucap Yoris.
Rupanya, Yoris juga menangkap keinginan para penonton. Tak hanya menyanyikan lagu-lagu spirit Dayak, Yoris juga membawakan tembang-tembang populer kekininan. Dengan alunan sape dan suling terkoneksi dengan laptop, jadilah Yoris menjadi penghibur tunggal yang memukau malam itu. Para penonton pun merasa terhibur dengan dedikasinya setia dengan warisan leluhur Dayak.(jejakrekam)