Momentum HPS untuk Kesejahteraan Petani

Oleh : Iwan Ramadhan, MSi.

0

TANGGAL 16 Oktober 2018 nanti, Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala,Provinsi Kalimantan Selatan akan mengukir sejarah baru, karena dijadikan sebagai tempat pelaksanaan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang ke-38. Di samping itu, wilayah ini juga akan dijadikan sebagai proyek percontohan dalam penerapan mekanisasi pertanian.

HPS ke-38 ini akan dihadiri langsung Presiden RI, Joko Widodo dan sejumlah undangan, termasuk para duta besar dari berbagai negara sahabat. Terpilihnya wilayah Provinsi Kalimantan Selatan sebagai tempat pelaksanaan HPS ke-38 adalah merupakan hal yang wajar. Sudah lama, Bumi Lambung Mangkurat ini masuk sebagai salah satu lumbung pangan nasional, dan Kabupaten Barito Kuala adalah merupakan penyumbang beras terbesar di provinsi ini.

Dilaksanakannya Hari Pangan Sedunia pada setiap tahun dengan tempat yang berbeda, bertujuan agar semua komponen masyarakat dapat terlibat dan berupaya untuk meningkatkan produksi padi. Untuk itu, momentum ini harus menjadi semangat bagi masyarakat, petani, dan semua pihak lainnya agar terus berupaya bagaimana mamajukan dan meningkatkan produksi padi.

Peringatan HPS ke-38 ini juga merupakan momentumbagi bangsa kita dalam meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dan para stakeholder terhadap pentingnya penyediaan pangan yang cukup dan bergizi, baik bagi masyarakat Indonesia maupun untuk dunia. Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus diepenuhi setiap saat sebagaimana kebutuhan sandang dan papan.

Dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang dimaksudkan dengan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman.

Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober ini dilaksanakan sejak tahun 1981. Peringatan ini bertujuan untuk mengingatkan kesadaran dan tindakan masyarakat dunia terhadap kelaparan dan kekuarangan gizi di dunia dan untuk mendorong terciptanya sistem pangan global yang efektif. Tanggal 16 Oktober dipilih karena pada tanggal tersebut, di tahun 1945, didirikan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hari Pangan Sedunia ditetapkan pada konferensi umum ke-20 November 1979.

Hingga saat ini acara peringatan HPS diselenggarakan di lebih 150 negara di seluruh dunia dan menjadi salah satu hari penting dalam kalender PBB beserta negara-negara anggota FAO (Food and Agrecultural Organization).

Saya sangat bangga ikut berperan aktif baik sebagai Ketua DPD Perpadi (Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia) Kalsel, maupun sebagai konsultan dalam pembangunan kawasan perdesaaan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Barito Kuala ini..

Bagi saya, sinergitas dan komitmen bersama sangat baik antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten, saling bantu dan membangun bersama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam rangka menyiapkan HPS ke-38 ini.

Suatu pekerjaan akan sangat ringan bila dikerjakan bersama, saling dukung,dan memberikan ruang yang besar sehingga setiap orang memiliki kesempatan untuk bersama-sama membangun Banua. Sebanyak 750 hektare akan dijadikan lahan pertanian baru di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala.

Luasan area pertanian tersebut mungkin menurut sebagian pandangan kita itu merupakan area yang kecil, tapi pada kesempatan momen ini merupakan hamparan lahan pertanian yang sangat luas sebagai area pertanian tanaman pangan dengan mekanisasi pertanian terpadu. Banyak hal yang akan bisa kita petik hikmah dibalik semua ini, yang sangat kental adalah kayuh baimbai cermin dari budaya kita.

Saya juga turut terlibat di lokasi HPS ini juga memotivasi agar bisa dijadikan sebagai wilayah pembangunan kawasan perdesaan pertanian tanaman pangan, dengan konsep dan model corporate farming. UPJA (Usaha Pelayanan JasaAlsintan [alat mesin pertanian]) ikut berperan aktif, pemberdayaan masyarakat dan ekonomi desa terus berkembang sehingga kesejahteraan petani bisa meningkat. Dalam pembangunan kawasan perdesaan kita kenal juga dengan beberapa dimensi yang perlu kita pahami bersama di antaranya; konsensus, keterpaduan, kelembagaan, komunitas dan keberlanjutan.

HPS ke-38 kali ini juga merupakan momentum penting untuk memperkenalkan kepada dunia akan kemajuan pembangunan pertanian, terutama keberhasilan Indonesia memanfaatkan lahan rawa menjadi lahan pertanian produktif. Karena itu, lahan rawa berpotensi untuk menyediakan stok pangan nasional sehingga bisa mewujudkan kedaulatan pangan.

Tak kalah pentingnya adalah bagaimana kesejahteraan petani itu sendiri bisa semakin terangkat dengan memberdayakan lahan yang ada. Ditetapkannya Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan sebagai tempat HPS ke-38 ini, adalah momentum untuk terus melakukan inovasi dan upaya meningkatkan produktivitas pertanian, terutama di lahan rawa.

Memang, kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, tapi harus bersama-sama untuk menuju kemajuan bersama!(jejakrekam)

Penulis adalah  Konsultan Pembangunan Kawasan Perdesaan Kemendesa RI.

Ketua DPD Persatuan Pengusahaa Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi)  Kalsel.

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.