Dana Pembinaan Seret, Atlet Berprestasi Seperti Fauzan Noor Bertebaran di Kalsel

0

NAMA Fauzan Noor, hanya satu dari segudang atlet berpretasi asal Kalimantan Selatan yang membawa harum nama daerah. Namun, begitu pemuda asal Banjarmasin berusia 21 tahun ini menjuarai Kejuaraan Karate Tradisional Dunia di Praha, Republik Ceko, pada Januari 2018 lalu, sorotan pun tertuju kepada atlet tersebut.

KETUA Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI) Kalimantan Selatan Gusti Perdana Kusuma mengungkapkan wajar jika Fauzan Noor dikirim mewakili Indonesia, karena sebelumnya keluar sebagai juara dalam Kejuaraan Karate Tradisional Asia Ocenia 2017 di IPDN Jatinangor, Jawa Barat, pada 12-13 Agustus 2017 lalu.

Dalam even berskala internasional itu, tim Korda FKTI Kalsel menyabet juara umum dengan raihan lima medali emas, lima perak dan empat perunggu. Fauzan Noor hanya salah satu dari tim yang diutus Kalsel, karena wakil Banua lainnya seperti Gusti Yuliyandhi Putra Kasuma Dan II meraih titel juara. Belum lagi, nama Fikriyan Hidayat dan Rifki Maulana serta atlet muda lainnya.

“Jadi, kalau bicara prestasi di karate tradisional, Kalsel menjadi barometer Indonesia. Sebab, beberapa kali keluar sebagai juara umum. Makanya, nama Fauzan Noor itu melejit, karena meraih juara dunia, kalau juara nasional sudah sering diraih atlet Kalsel,” kata Gusti Perdana Kusuma kepada jejakrekam.com, Senin (16/7/2018) malam.

Menurut Perdana, sangat wajar ketika sorotan negeri ini terhadap anak Indonesia yang berprestasi tak seperti Lalu Muhammad Zohri, sprinter kelas dunia asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menjuarai nomor sprint 100 meter Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Finlandia.

“Sebab, sprint atau lari cepat 100 meter itu masuk cabang olahraga resmi Indonesia, jadi ketika juara apalagi juara dunia, tentu akan mudah diketahui. Sedangkan, karate tradisional di bawah binaan FKTI memang tak masuk dalam cabang olahraga di bawah KONI,” ucap mantan anggota DPRD Kalsel ini.

Tak mengherankan, dana pembinaan FKTI bagi atlet berprestasi semacam Fauzan Noor, nyaris tak ada. Gusti Perdana pun mengakui kerap mengocek kantong pribadi untuk memberangkatkan para atlet untuk mengikuti berbagai kejuaraan. “Sebetulnya di Kalsel ini banyak yang jadi juara, tapi tak seheboh Fauzan Noor. Ya, karena dia meraih juara dunia. Kalau juara nasional, banyak di Kalsel,” seloroh Dana-sapaan akrabnya.

Ketua Bidang Organisasi Pembinaan Prestasi KONI Kalsel ini mengakui kalau FKTI tidak diterima lagi sebagai anggota KONI, induk dari semua organisasi cabang olahraga berprestasi. Kini, FKTI berada di bawah pembinaan Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI). “KONI menganggap tak boleh ada dua induk organisasi cabang karate. Makanya, yang diakui hanya Forki, dan FKTI sekarang gabung ke FORMI,” tuturnya.

Alhasil, dana pembinaan yang berasal dari APBN atau APBD tak lagi dinikmati FKTI, termasuk di Kalsel. Menurut Dana, semua usulan dana pun ditolak dari KONI, karena semua organisasi cabang olahraga wajib berinduk ke lembaga otoritas keolahragaan nasional itu.

“Makanya, sekarang kami berharap agar FORMI Kalsel bisa mengakomodir segala pembinaan terhadap atlet berprestasi, ya seperti Fauzan Noor. Dulu, pernah kami waktu mengikuti kejurnas tahun 2017 lalu, pernah dibantu hanya Rp 7 juta, padahal biayanya mencapai Rp 30 juta. Ya terpaksa, harus nombok,” pungkas Dana.(jejakrekam)

 

Penulis Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.