Kalsel Masih Aman, Bawang Merah Palsu asal India Belum Ditemukan Beredar

0

SEJAUH ini, belum ada laporan maupun temuan bawang merah palsu, terutama bawang merah bombay yang diimpor dari Indonesia, yang masuk dan beredar di pasar wilayah Kalimantan Selatan. Sebab, Satuan Tugas (Satgas) Pangan yang terdiri dari Polda Kalsel, Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, Dinas Ketahanan Pangan, dan Bulog tak menemukan bawang bombay mini yang dipalsukan itu.

“KAMI terus pantau setiap saat bersama satgas pangan termasuk harga. Jadi Kalsel masih aman,” ucap Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalsel, Suparno saat dikontak jejakrekam.com, di Banjarmasin, Selasa (26/6/2018).

Ia menjelaskan sejak Ramadhan hingga pasca lebaran Idul Fitri 1439 Hijriyah, kondisi ketahanan pagnan di Kalsel tergolong mana. Hal ini karena stabilnya persediaan dan harga pangan yang berlaku di pasaran Kalsel.

“Namun, kalau ada temuan komoditas pangan yang beredar di pasaran terbukti palsu, pasti akan kami tindak tegas. Sejauh ini memang belum ada penyimpangan dan kejanggalan. Jadi, masyarakat Kalsel tak perlu resah,” tandasnya.

Seperti dilansir detik.com, Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman menyebut potensi kerugian petani mencapai Rp 5,8 triliun, akibat ulah lima perusahaan importir yang menjual bawang merah palsu asal India sebagai bawang mewah.

Atas aksinya, Amran Sulaiman mengatakan perusahan importir tersebut dapat meraup keuntungan hingga Rp 1,24 triliun. “Angka tersebut meningkat hingga 50 % atau setara dengan Rp 455 miliar jika dijual di tingkat pasar sehingga total  menjadi Rp 1,6 triliun,” ucap Amran.

Adapun kerugian negara diungkapkan Amran akibat importir nakal berasal dari selisih tarif  bea masuk. Sebab, menruut dia, untuk tarif impor bawang merah ditetapkan 20%, sedangkan bawang bombay hanya 5%.

“Impor  bawang bombay ke Indonesia bisa Rp 2.000 per kilogram. Nah, kalau dijual ke pasaran bisa tembus Rp 6.000 per kilogram. Kemudian, dikerek menjadi bawang merah dengan harga Rp 17.000 sampai Rp 20.000 per kilogram,” tandasnya.(jejakrekam)

 

 

Penulis Ipik Gandamana
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.