Tradisi Suguhan Tapai Baras Hijau yang Menggiurkan Seakan Mulai Dilupakan

0

TRADISI menyediakan menu ketupat ketika Hari Raya Idul Fitri datang, seperti jamak di Indonesia, termasuk di Kalimantan Selatan. Namun, dalam kultur masyarakat Banjar, justru ada yang menjadi teman ketupat adalah tapai ketan yang disebut tanpa baras.

TAPAI baras adalah salah satu jenis makanan atau kudapan khas masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan dengan warna hijau dari daun suji. Tapai juga ada dua jenis yakni yang dibuat dari beras ketan dan dari singkong.

Menjelang lebaran atau Hari Raya Idul Fitri, permintaan  kuliner tradisional ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tapai baras yang terkenal di Kalimantan Selatan, yakni tapai baras dari Gambut, Kabupaten Banjar.

Sebab, di daerah Gambut dan sekitarnya, terdapat banyak pengrajin yang ahli membuat tapai. Bahkan, sebagian di antaranya membuat tapai baras untuk dijual ke pasar-pasar tradisional di berbagai daerah sekitar. Sebut saja, di Banjarmasin, Martapura, Banjarbaru, Pleihari dan Marabahan.

Rasa tapai Gambut yang manis dan gurih cukup digemari masyarakat Banjar. Terlebih lagi, saat Hari Raya Idul Fitri, bahkan Hari Raya Idul Adha,  kudapan basah ini lebih dominan dibuat atau dijual masyarakat dibanding ketupat.

Tak mengherankan, jika menjelang hari besar keagaamaan ini para ibu rumah tangga menyediakan tapai baras untuk menjamu para tamu yang datang saat berkunjung dan bersilturahmi.

Muliyani (52 tahun) seorang ibu rumah tangga di Tanjung, Kabupaten Tabalong  mengatakan, dirinya setiap tahun terutama pada Hari Idul Fitri menyediakan tapai baras untuk disuguhkan kepada para tamu di rumahnya.

“Saya kurang bisa membuat tapai baras, jadi saya hanya memesan kepada tetangga yang lebih ahli dalam membuatnya,” ujar Muliyani.

Menurut Muliyani, menyediakan tapai baras pada Hari Raya Idul Fitri sudah menjadi tradisi masyarakat di Kalimantan Selatan sejak zaman nenek moyang. Namun, serbuan aneka kuliner moderen seperti aneka kue kering dan sejenisnya, membuat sebagian generasi muda tidak mengetahui bahwa tapai baras adalah warisan kuliner leluhur.

“Saat ini, sangat jarang sekali ada para ibu muda atau generasi muda yang bisa membuat tapai baras yang rasanya manis dan gurih. Saya sendiri pesan sama tetangga yang ahli membuatnya,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Syahminan
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.