Manusia Gerobak Menggeliat, Fenomena Sosial Masyarakat Kota yang Sedang Sakit

0

BEGITU seorang pengendara motor datang, para penarik gerobak berebutan mengerubunginya. Wanita berjilbab ini sepertinya tengah membagikan sedekah, terlihat dari uang yang diambil dari balik kantong baju muslimnya. Tak seberapa lama, para penarik gerobak baik perempuan dewasa serta anak-anak kecil menadahkan tangan.

FENOMENA ini menjadi pemandangan keseharian, saat melintas di ruas Jalan Brigjen H Hasan Basry Banjarmasin.  Di kawasan Kayutangi, Banjarmasin Utara ini, terlihat ada belasan gerobak yang parkir di bahu jalan. Mereka memarkir gerobak yang berisi kardus bekas serta botol-botol plastik bekas minuman. Meski sudah digaruk aparat Satpol PP Kota Banjarmasin, tetap saja para penarik gerobak yang kerap digelari manusia gerobak, beraktivitas dengan pakaian kumalnya.

“Saya sudah 17 tahun menggeluti usaha lewat gerobak. Ya, mengumpulkan kardus bekas, botol plastik atau benda lainnya yang bisa dijual kepada pengepul,” ucap Mahlan, salah satu penarik gerobak berbincang dengan jejakrekam.com, Rabu (13/6/2018).

Warga Alalak Selatan, tepatnya di Gang Swadaya Tani ini mengakui banyak manusia gerobak yang berdatangan jelang akhir Ramadhan dan mendekati lebaran. Sasaran utama, memang mengumpulkan sampah-sampah yang bisa dibarter menjadi uang. Tapi, sasaran lainnya adalah bisa mengelas iba bagi para penderma untuk menyisihkan hartanya bagi mereka.

“Kalau dulu, kami sedikit saja yang menggeluti usaha ini. Sekarang sudah banyak. Kebanyakan mereka hanya berkedok dengan menarik gerobak untuk meminta zakat atau sedekah dari pengendara atau pemilik rumah,” kata Mahlan, bapak lima anak ini.

Dia mengakui dengan menarik gerobak, bisa membawa uang yang cukup untuk bekal berlebaran bersama keluarga. Tapi, Mahlan membantah ada yang menggerakkannya. “Kami semua ini jalan sendiri-sendiri. Tak ada istilahnya, bos,” ucap Mahlan, yang menepis disebut pengemis.

Ada apa dengan fenomena manusia gerobak ini? Sosiolog FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Setia Budhi Ph.D justru melihat fenomena manusia gerobak ini menunjukkan kondisi sosial masyarakat Banjarmasin yang sedang sakit.

“Walau sebagai pengemis musiman, tapi hal ini menunjukkan pemerintah tampak abai dalam memberikan solusi,” ucap Setia Budhi.

Menurut dia, manusia gerobak identik dengan kemiskinan, kumuh dan manusia terpinggirkan yang pertama kali muncul diJakarta dan menjalar ke kota besar lainnya seperti Banjarmasin. “Mungkin disebabkan keberadaan mereka diabaikan, akhirnya jadi merebak ke mana-mana,” kata doktor antropolog  jebolan Universitas Kebangsaan Malaysia ini.

Setia Budhi menyebut beberapa di antara manusia gerobak di Banjarmasin, justru datang dari luar daerah. “Mungkin, kemurahan hati orang Banjar sangat tinggi sehingga komunutas mereka bertambah banyak. Jika dari awal sudah diantisipasi pemerintah kota, tentu sudah ada solusi sehingga tidak mengganggu estetika kenyamanan dan keindahan kota,” imbuhnya.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2018/06/13/manusia-gerobak-menggeliat-fenomena-sosial-masyarakat-kota-yang-sedang-sakit/
Penulis Arpawi
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.