Puasa dan Korupsi

Oleh : Ilhamiannur, S.HI

0

SALAH satu fadhilat datangnya bulan suci Ramadhan ialah segala amal ibadah kita yang kita kerjakan berlipat ganda pahalanya, bahkan di dalam Alquran disebutkan “ Man Jaa’a Bil Hasanati, Falahu ‘Asyru Amtsaliha”, barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan yang serupa, begitu indah dan beruntungnya kita sebagai seorang muslim tahun ini bisa berjumpa lagi dengan bulan suci Ramadhan, bulan yang di turunkannya Alquran /nuzulul qur’an.

ADA beberapa fase rangkaian ibadah dalam berpuasa disebutkan pada Surah Al-Baqoroh ayat 183 “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.

Nah, dikatakan kita sebagai orang yang beriman untuk berpuasa, berpuasa dalam artian bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus tpi juga menjauhi berbuat dari hal yang dilarang oleh agama, dalam suatu hadits disebutkan “ Allah melaknat orang yang korupsi maupun yang menerima korupsi (HR. Ahmad, Abu Daud, At Tarmidzi, Ibnu Majah ‘an Ibnu Umar) dalam riwayat hadits lain juga disebutkan dengan nada ancaman yang sangat keras Arrosyi wal murtasyi fin nnar” : orang yang menyuap”dalam istilah lain suap adalah risywah” ataupun yang menerima suap tempatnya di neraka.Jadi kasus suap menyuap ini bukan hanya adanya di zaman now saja, tetapi sudah jauh sekitar beribu ribu tahun lalu kasus ini sudah ada, dan itu sudah terjadi pada zaman Rasul SAW, naudzubillahi min dzalik.

Kemudian pada akhir ayat Al-Baqoroh ayat 183 di sebutkan “ agar kamu bertaqwa”, taqwa dalam artian mengerjakan perintah dan menjauhi larangannya. Firman allah SWT : “barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan membukakan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka sangkanya, dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan segala keperluannya”.  Jadi yang pertama asalakan kita taqwa insyaallah ada jalan keluarnya.

Fase berikutnya juga pada akhir kalimat ayat 185 surah al baqaroh di sebutkan “wa la’allakum tasykurun” agar kamu bersyukur. Syukur dalam artian kita selalu merasa cukup dengan apa yang sudah diberikan Allah, kita selalu Qona’ah, mengambil i’tibar dalam setiap peristiwa dimapun dan kapanpun. Disebutkan dalam Alqur’an Surah Ibrahim Ayat 7 “la’in syakartum la’aziidannakum wa la’ing kafartum inna ‘azaabii lasyadiid” jika kalian bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkarinya, maka pasti adzabku sangat pedih.

Meski kita sudah mendapatkan janji Allah SWT, masih banyak di antara kaum muslim terkadang lupa untuk bersyukur. Kesilapan dunia, kemewahan dunia dan perkembangan zaman saat ini menutupi kesadaran setiap muslim atas nikmat yang mreka peroleh, sehingga kita tidak mau bersyukur bahkan lupa akan jani-janji Allah SWT.

Fase berikutnya lagi dalam surat Al-Baqaroh ayat 186 pada akhir ayat kalimatnya berbunyi “la’allahum yarsyuduun” agar kamu memperoleh kebenaran, asal kata rusydan artinya cerdas. Cerdas dalam artian menggunakan akalnya dalam menyikapi segala hal, menggunakan akalnya dengan segala hal, memikirkan hal-hal yang sesuai dengan akalnya, menggunakan intelektualnya dengan cerdas dalam istilah tasawwuf disebutkan Ma huwal aqya,siapa orang cerdas  itu, man dana nafsahu lima ba’dal maut. iya adalah orang yang menyiapkan amal ibadahnya bagi hari kemudian.

Dari fase satu sampai tiga kita di serukan untuk bertaqwa kemudian  bersyukur, kemudian setelah bersyukur dia menggunakan akal pikirannya untuk menuntut ilmu-ilmu yang baik, menuntut ilmu-ilmu yang diwajibkan oleh Allah SWT.

Baru sampailah kita pada fase yang terakhir yaitu pada ayat 189 disebutkan pada akhir ayat tersebut “wattaqulloha la’allkum tuflihun”dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

Seluruh fase telah dilewati, secara prinsip apabila kita sudah bertaqwa, bersyukur, berpikir cerdas dan jauh dari namanya korupsi yang menimbulkan kemudharatan bagi bangsa. Datangnya bulan suci Ramadhan kali ini dapat meningkatkan kesadaran diri kita dalam menata ummat dan bangsa menuju jalan yang lurus dan menjauhkan diri dari hal hal yang bersifat risywah/korupsi dari segi apapun, maka kita akan menjadi orang yang beruntung (LA’ALLAKUM TUFLIHU..N), al faaiziii menuju kemenangan.(jejakrekam)

Penulis adalah Peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi dan Good Governance Universitas Lambung Mangkurat (ULM)

Pencarian populer:Hadits arrosi wal murtasi finnar

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.