Di bawah Duet Haris-Berry, NU Kalsel Ditantang Implementasikan Bank Islam

0

TERPILIH dalam Konferensi Wilayah (Konferwil) Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan 2017 di Gedung Dakwah NU pada akhir Desember 2017 lalu, Abdul Haris Makkie pun menduduki posisi bergengsi di ormas Islam terbesar dan berpengaruh di Banua.  

MESKI berlatar belakang seorang birokrat, Sekdaprov Kalimantan Selatan ini pun disahkan PBNU sebagai Ketua PWNU Kalsel masa khidmat 2018-2023. Untuk menakhodai bahtera ormas berbasis muslim sarungan itu, nama Berry Nahdian Furqon yang berlatar belakang mantan Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) yang juga politisi PDI Perjuangan sebagai pendamping Haris Makkie, di posisi Sekretaris Tanfidziyah PWNU Kalsel.

“Munculnya duet Haris-Berry dalam pucuk pimpinan NU Kalimantan Selatan cukup menarik. Apalagi, Haris berkarir di birokrasi, sementara Berry dikenal sebagai aktivis LSM dan berkiprah dunia aktivis lingkungan di Walhi,” ucap pengamat politik FISIP Universitas Lambung Mangkurat  (ULM) Setia Budhi PhD kepada jejakrekam.com, Selasa (8/5/2018).

Doktor antropologi jebolan Universitas Kebangsaan Malaysia ini melihat organisasi yang menaungi warga Nahdliyin ini agaknya telah selesai dengan persoalan latar belakang figur dalam struktur organisasi yang selama ini dikesankan berasal dari kalangan pesantren, guru agama atau minimal tokoh agama atau lulusan pendidikan agama.

“Jadi, tidak harus khatam Alquran dan paham kitab kuning. Namun, kemungkinan yang dikedepankan adalah bagaimana manajemen organisasi NU ini menghadapi masyarakat global,” ujar Setia Budhi.

Menurutnya, tantangan NU Kalsel ke depan adalah bagaimana kesejahteraan umat, pendidikan, kesehatan dan infrastruktur keumatan lainnya. Kemudian, kata Setia Budhi, adalah bagaimana NU menyikapi dengan cepat implementasi Bank Islam atau lembaga keuangan syariah lainnya.

“Nah, dengan latar belakang birokrasi dan aktivis civil society, akan banyak ruang yang harus dikerjakan Haris dan Berry,” kata Setia Budhi.

Sebab itu, menurut dia, memurnikan tujuan utama NU sebagai gerakan kembali ke khittah, niscaya memulihkan pandangan para Nahdliyin bahwa NU adalah organisasi keumatan, sehingga lebih mulia daripada sekadar untuk politik jangka pendek. “NU harus bisa menjaga basis kepolitikan umat dalam kancah politik nasional dan internasional,” imbuh Setia Budhi.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2018/05/08/di-bawah-duet-haris-berry-nu-kalsel-ditantang-implementasikan-bank-islam/
Penulis Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.