KEPALA Divisi Strategi dan Perencanaan Bank Kalsel, Rudy Ansari mengatakan, saat ini pihaknya terus mengupayakan peningkatan kinerja baik secara internal maupun ekternal guna mencapai hasil optimal.
ADAPUN, tolak ukur pencapaian hasil kinerja itu baru dapat diketahui pada Desember akhir tahun nanti.“ Biasanya kita baru dapat mengukur hasil kinerja setelah Desember akhir tahun nanti, sekarang belum bisa,” ujarnya kepada jejakrekam.com. Kamis (29/3/2018).
Hal ini disampaikan Rudy setelah beberapa bulan lalu muncul anggapan kinerja bank daerah ini mengalami penurunan disebabkan Biaya Operasional tidak berbanding lurus dengan Pendapatan Operasional (BO-PO).
Untuk itu diapun menjelaskan bahwa soal BO-PO memilik standar atau ketentuan rasio apakah posisinya masih diambang batas atau sebaliknya melebihi batas.
“Jadi tidak bisa kita justisifikasi dan mengatakan itu atau ini tidak efesien. Karena yang membentuk BO-PO adalah biaya dan pendapatan,” kata dia.
Adapun pendapatan itu, imbuh dia, terdiri dari pendapatan bunga dan ebest income. Sedang biaya, komponennya terdiri dari overhead cost, biaya bunga, seperti deposito, tabungan, giro, sesuai angka yang disimpan pada bank. Kemudian adapula biaya atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aktiva (CKPN) untuk mengcover jika terjadi kredit bermasalah dan siap digunakan.
Karenanya, terkait BO-PO yang dimilik Bank milik Pemprov Kalsel itu masih dalam batas rasio normal yaitu 77 persen, dan tak ada kaitan langsung dengan kredit bermasalah. Sebab, didalam BO-PO banyak kompenen atau item yang mempengaruhi.
“Kemudian di triwulan pertama 2018 ini pula posisi grafik kinerja kita kadang bisa naik dan turun lagi (fluktuatif). Tetapi kita terus melakukan perbaikan guna optimalisasi kinerja,” pungkasnya.(jejakrekam)