Prihatin, Politik Uang Indonesia Rangking Ketiga Dunia

0

MERAYAKAN ulang tahun ke-24 tahun, Lembaga Kajian Keislaman & Kemasyarakatan (LK3) menghelat diskusi publik di Gedung Veteran Kayutangi Banjarmasin, bertajuk Demokrasi dan Kesejahteraan.  Hadir sebagai narasumber, Willy Purna Samadhi seorang peneliti Pacer Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta,  kandidat Doktor Australian National University Muhajir dan Berry Nahdian Furqon, politisi PDI Perjuangan.

TEMA Demokrasi dan Kesejahteraan diangkat, karena selama ini demokrasi yang dipersepsi sebagai pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan para pemimpin, hanya melahirkan prosedural pemilihan yang belum membawa kesejahteraan.

Willy menyampaikan hasil penelitiannya sejak tahun 2003 hingga 2017,  dalam kesimpulannya bahwa demokrasi bergeser menjadi kontestasi yang tidak berujung pada kesejahteraan. Karena pemilu terus berlangsung, namun kesulitan ekonomi masih terus terjadi.

“Kita berharap proses demokrasi yang berbasis pada rakyat. Seharusnya segala keinginan kesejahteraan dirumuskan oleh warga, kemudian para calon menawarkan diri bagaimana mewujudkannya. Bukan seperti sekarang ini, di mana kontestasi, para calon yang menawarkan program dan rakyat memilihnya,” papar Willy Purna Samadhi.

Sementara itu, Muhajir menguraikan sejumlah riset yang dilakukan di berbagai negara menyangkut jual beli suara dalam pemilu. Di Indonesia, beber dia, 62 juta pemilih terlibat dalam politik uang. “Angka itu menempatkan Indonesia sebagai rangking 3 dunia dalam soal politik uang. Pemilih kita memaknai pemilu sebagai musim panen untuk mendapatkan uang dan berbagai hal yang diinginkan pemilih,” katanya.

Menurutnya, kuatnya politik uang  menjadi tugas berat bagi kelompok masyarakat sipil seperti LK3 untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat.

Sedangkan, Berry Nahdian Furqon sebagai pendatang baru dalam politik mengatakan, bahwa sekarang ini demokrasi sudah dikuasai  para pemilik modal. “Kita ingin demokrasi meningkatkan kesejahteraan, namun ketika didominasi para pemodal maka untung -rugi menjadi dasar dalam demokrasi,” ucap mantan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi).

Menurut Berry,  harapan besar kita semua adalah demokrasi berlangsung sesuai konstitusi dan cita-cita bernegara.  Ia pun mengakui untuk mewujudkannya tidak mudah, karena itu perlu perjuangan panjang. “Kita paham tantangannya sangat berat, karena itu mari kita terjun untuk memperbaikinya,” katanya.

Seusai diskusi publik, Direktur LK3 Rafqah mengatakan diskusi publik ini diharapkan dapat mencerahkan bagi kita semua dalam menghadapi tahun politik 2018 hingga jelang 2019.(jejakrekam)

Penulis : Ahmad Husaini

Editor   : Didi G Sanusi

Foto      : Ahmad Husaini

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.