Operasi Pasar, Warga Kalsel Lebih Memilih Beras Lokal

0

OPERASI pasar giat dilakukan Tim Satgas Pangan, terdiri dari  Bulog Kalimantan Selatan, tim Kementerian Perdagangan, Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel serta Ombudsman Kalsel dengan menyasar ke pasar-pasar tradisonal yang ada di Banjarmasin, dan kota-kota lainnya di Kalimantan Selatan.

PANTAUAN harga dan pasokan sembako di sejumlah pasar, untuk memastikan ketersediaan beras bagi kebutuhan masyarakat Kalsel bisa terjamin. Hasilnya, harga beras di pasaran masih stabil, stok mencukupi serta para pedagang menjual dengan harga variatif tergantung jenis dan kualitas beras.

Untuk beras premium dibandrol antara Rp 7.000 sampai dengan Rp. 13.000, per liter. Sementara, Bulog melakukan operasi pasar dengan menjual beras, minyak goreng dan gula pasir, harganya lebih rendah dari harga pasar. Beras medium, misalkan, dipatok seharga Rp. 8.100 dengan HET Rp  9.850 per kilogram.  Sedangkan, gula dan minyak goreng, dijual dengan harga Rp. 12.000,-

Sebagian besar masyarakat memang masih membeli beras premium. Terutama, beras lokal. Alasannya karena beras lebih putih dan bersih bila dibandingkan dengan beras Bulog, walaupun harganya lebih mahal.

“Dari hasil pemantauan di lapangan, beras Bulog yang dititipkan pada sejumlah pedagang di pasar, diletakkan di bagian belakang. Alasan para pedagang, karena belum mengetahui harga jualnya, sehingga belum berani menawarkan. Ada juga yang beralasan belum laku, dengan alasan kualitasnya lebih rendah dan masyarakat lebih memilih beras premium,” tutur Kepala Ombudsman Perwakilan Kalsel, Noorhalis Majid kepada jejakrekam.com, Rabu (10/1/2018).

Mengenai satuan ukuran penjualan beras juga berbeda. Di tingkat pedagang eceran menggunakan satuan liter, sedangkan Bulog menetapkan satuan berdasar kilogram. Akhirnya, sebagian pedagang terpaksa membuka kemasan beras yang sudah dibungkus rapi  dan meletakkannya pada tempat tertentu.

“Perbedaan satuan ukuran ini menimbulkan salah anggapan menyangkut harga satuan beras. Karena kalau berdasarkan liter maka harga beras Bulog hanya Rp 6.500, harga ini jauh lebih murah dari beras premium yang dijual pedagang,” tutur Majid.

Tak hanya, masih menurut dia, beras Bulog jenis medium, sangat rentan dicampur dengan beras jenis lainnya untuk mendapatkan harga beras tertentu sesuai daya beli masyarakat. Alasan lainnya, agar cepat laku, mengingat beras Bulog imagenya kurang diminati.  “Apabila dicampur dengan jenis beras lain maka bisa diberi nama dengan nama tertentu. Untuk praktek ini,  kami berharap para pedagang terbuka atau memberitahukan kepada pembeli tentang jenis beras apa yang dijual tersebut,” papar Majid.

Untuk itu, menurut Majid, Ombudsman berharap Kementrian Perdagangan dan Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel dapat melakukan kunjungan secara rutin ke pasar-pasar. Ini agar mengetahui dan memastikan ketersediaan beras, terutama menyangkut inflasi harga beras yang memberi pengaruh pada daya beli masyarakat, termasuk untuk memantau peran Bulog dalam menjaga stabilitas harga beras di pasaran.

Sementara itu, Kepala Divisi Regional Bulog Wilayah Kalsel, Dedy Supriyadi mengatakan operasi pasar ini dilakukan tim gabungan. Tak hanya menyasar pasar-pasar yang ada di Banjarmasin, namun juga di Pasar Tabalong di Kota Tanjung.

“Dari hasil sidak, kami juga menemukan harga beras yang dijual para pedagang, termasuk di Pasar Tabalong masih tnggi. Harga beras yang dijual rata-rata sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah,” kata Dedy.(jejakrekam)

Penulis : Ahmad Husaini

Editor   : Didi G Sanusi

Foto      : Istimewa

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.