Pemikiran DR H Abdurrahman Soal Negara Islam

0

KEPERGIAN hakim agung Mahkamah Agung (MA) Republik Indonesia yang juga ahli hukum agraria, Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, DR H Abdurrahman pada Rabu (27/11/2017) dinihari, masih menyisakan kenangan bagi orang-orang kenal dekat dengan sosok dosen yang lurus dan jujur itu.

MANTAN Wakil Gubernur Kalimantan Selatan, HM Rosehan Noor Bachri mengaku sangat mengenal sosok DR Abdurrahman. “Beliau orangnya lurus dan tak pernah terdengar beliau terlibat konflik baik di internal Fakultas Hukum ULM maupun di luar, apalagi bicara sisi negatif beliau nyaris tak pernah terdengar,” cerita HM Rosehan NB kepada jejakrekam.com, Jumat (1/12/2017).

Di mata anggota DPRD Kalsel asal Fraksi PDI Perjuangan ini, sosok DR H Abdurrahman sangat familiar yang merupakan orang yang hebat, tak angkuh ketika menjadi oran besar yang sudah diajak kompromi.

“Pak Abdurrrahman yang familiar, santun, ramah  suka bercerita kalau ketemu orang. Nah,  satu setengah jam penerbangan terakhir bersama beliau di hari Sabtu (25/11/2017), sangatlah berkesan. Kita bisa berbagi cerita tentang Arabi Saudi dan Masalah umroh dan haji, karena beliau baru saja pulang umrah,”  beber Rosehan.

Tak hanya itu, sang doktor ilmu hukum ini juga bercerita tentang Kalimantan Selatan serta minimnya orang Banua yang berkiprah di tingkat nasional. “Padahal, tahun depan beliau akan pensiun dari jabatan hakim agung,” katanya.

Dari perbincangan itu, Rosehan mengatakan ternyata dirinya bersama DR H Abdurrahman masih memiliki hubungan keluarga. “Bagi kami, banyak kenangan yang tak terlupakan baik di kampus, keluarga maupun di pergaulan nasional. Selamat jalan Pak Abdurrahman,” tandasnya.

Begitupula, budayawan dan juga cendikiawan Nahdlatul Ulama (NU) Humaidy yang akrab disapa Ibnu Sami ini mengutarakan testimoninya. “Saya kenal dengan DR H Abdurrahman sekitar tahun 1998, ketika awal saya aktif di Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin. Ketika itu, LK3 sedang berdiskusi tentang Negara Islam di ruangan kantor Jalan Gatot Subroto,” paparnya.

Kebetulan pembicara utamanya adalah DR H Abdurrahman yang seorang ahli hukum, khususnya jukum adat dan memahami bidang-bidang lain. Tak salah, jika akhirnya Faqih Derida menyebut DR H Abdurrahman sebagai perpustakaan berjalan. “Sementara, Radius Ardanias Hadariah mengatakan bahwa jumlah koleksi buku beliau lebih banyak daripada koleksi perpustakaan daerah,” ucap Humaidy.

Dalam forum Diskusi Negara Islam itu, DR H Abdurrahman mengedepankan pemikiran Abul A’la al-Maududi (ulama dari Pakistan) yang meyakini dalam ajaran Islam terdapat konsep negara yang lengkap dan tuntas, tak perlu meminjam apalagi mengadopsi konsep negara lain yang tak jelas landasan keberagamaannya.

Sementara itu, Humaidy mengutip pendapat Gus Dur dan Cak Nur, menyatakan bahwa dalam ajaran Islam terutama dalam Al-qur’an dan al-Hadis tak ditemukan konsep negara yang sudah jadi, yang ada hanya prinsip-prinsip bernegara seperti keadilan, kesetaraan, kasih-sayang, kebersamaan, toleransi, musyawarah dan lain-lain.

Oleh karena itu bagaimanapun bentuk negara baik republik maupun monarki, asal menjalankan prinsip tersebut,  bisa dikatakan sebagai Negara Islam.

“Demikian pula, apapun sifat negara itu, entah presidensil ataupun parlementer, jika ia melaksanakan prinsip itu, sudah memenuhi syarat disebut sebagai Negara Islam. Begitulah pertemuanku dengan beliau pertama kali yang sungguh manis dan berkesan dalam kenangan,” kata Humaidy.

Setelah itu, menurut dia, pertemuan dengan DR H Abdurrahman dalam even-even perayaan, syukuran dan forum ilmiah. “ Sayang setelah beliau diangkat jadi hakim agung dan banyak tinggal di Jakarta, aku jarang berjumpa beliau yang sangat dirindukan pemikiran, pertimbangan, bimbingan, saran, nasehat dan lain-lain,” ujarnya.

Tiba-tiba tak di sangka-sangka, datang berita menggelegar tanggal 29 November 2017 beliau dipanggil Allah yang Maha Kuasa. “Hancur luluh rasa jiwa dan raga, tak percaya tapi nyata. Selamat jalan profesor, guru dan mitraku, semoga Allah mendampingimu dalam tidur panjangmu,” untai Humaidy dalam doanya.

Sedangkan, Kepala Ombdusman Kalimantan Selatan Noorhalis Majid mengatakan perlu kembali untuk merefleksi pemikiran sosok hakim agung yang bersih sekaliber DR H Abdurrahman. “Jujur saja, seluruh aktivis yang ada di Kalimantan Selatan, baik LK3, Walhi Kalsel dan lainnya sangat berutang budi kepada beliau,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis : Didi GS

Editor   : Didi G Sanusi

Foto      : Dok Rosehan

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.