Sumpah Pemuda Wariskan Semangat Dialogis

0

JARINGAN Intelektual Muda Kalimantan (JIMKA) hari ini menggelar secara serempak puncak peringatan Sumpah Pemuda 2017 di beberapa kota besar di Kalimantan yang diikuti lebih lebih dari 1000 peserta.

DI KALIMANTAN Barat,  JIMKA melaksanakan kegiatan orasi pemuda di lapangan kampus Universitas Tanjungpura Pontianak. Kemudian di Universitas Mulawarman Samarinda juga digelar seminar “Pemuda Melawan Korupsi. Sementara di Banjarmasin, JIMKA ambil bagian menyukseskan acara Kuliah Akbar dan Deklarasi Kebangsaan bersama mahasiswa dan civitas akademika Banjarmasin.

“Tema Peringatan Sumpah Pemuda 2017 adalah “Pemuda Melawan Korupsi, Narkoba dan Radikalisme,” jelas Ketua Umum Sekretariat Nasional JIMKA Dr MS Shiddiq kepada wartawan, Sabtu (28/10/17) di Banjarmasin.

Menurut Shiddiq, bagi pemuda Kalimantan, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lalu, adalah titik awal kesadaran kolektif untuk bersatu sebagai bangsa dan negara, menjaga satu tanah air dengan bahasa tunggal yakni bahasa Indonesia yang menyatukan.

Namun demikian, ucap Shiddiq, kenyataan itu tidak mengabaikan eksistensi identitas etnis dan agama yang berbeda-beda karena semangat etnis dan agama itu yang menjadi jiwa mendorong kemerdekaan Indonesia.

“Jadi, secara filosofis yang dilakukan para pemuda saat itu bukan upaya membentuk keseragaman dalam satu bangsa dan negara, namun justru memperkuat identitas keragaman,” tegas dosen komunikasi politik ini.

Dengan mengakui keberagaman, hal itu akan mampu menyatukan karena nalar sehat keinginan untuk hidup bersama dan saling berbagi dalam satu Indonesia.

“Para Pemuda tahun 1928 sudah mewariskan semangat dialogis yang kuat. Dialog dalam keberagaman, dimana nalar sehat adalah instrument utama dalam dialog tersebut, sehingga keberagaman dipahami sebagai pemersatu dan kekuatan bukan kelemahan, ditambah para pemuda saat itu memiliki musuh bersama bernama yaitu perilaku korupsi, narkoba dan radikalisme,” kata mantan jurnalis senior ini.

Saat ini, beber Shiddiq, penting kembali merefleksikan nilai dasar sumpah pemuda 1928 itu sebagai, upaya merawat nalar yang menyatukan, dimana penting membangun kesadaran kolektif untuk terus membangun tradisi dialogis di atas keberagaman. Lalu,  tantangan generasi milenial adalah sosial media yang justru penuh dengan destruksi yang bukan justru menghasilkan tradisi dialogis namun tradisi monologis. Ditambah lagi dengan absennya akhlak dengan destruksi produksi fitnah-fitnah melalui berita palsu alias Hoax yang dilakukan akun-akun anonim yang tidak bertanggungjawab.

Jadi, menurut dia, saat ini dibutuhkan semangat menggembirakan kembali dialog, untuk menjaga keberagaman dan memaknai Indonesia yang satu juga perlu dilakukan untuk mengingatkan bahwa pemuda memiliki musuh yang akan merusak hak masa depan pemuda yakni, kejahatan korupsi, narkoba dan radikalisme.

“Bila dulu kolonialisme merampas masa depan pemuda atas negara yang merdeka, maka kini hak masa depan Indonesia yang bermartabat, cerdas dan sejahtera dirampas dan diancam oleh prilaku korup para politisi rakus, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan gerakan radikal,” kata Shiddiq.

Menurutnya, korporasi rakus dan orang-orang yang dengan tega merampas hak-hak masa depan pembangunan dan pelayanan publik terutama para pemuda untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Pun demikian dengan narkoba dan radikalisme.

“Maka, JIMKA mengajak semua pemuda untuk menabuh genderang perang terhadap korupsi yang dimulai dari pilihan gaya hidup antikorupsi dan antinarkoba dan antiradikalisme di kalangan pemuda bisa menjadi jalan membangun kesadaran kolektif menyatukan Indonesia melalui tradisi Dialog,” ujar mantan fasilitator UNDP ini. (jejakrekam)

Penulis : Edication
Editor   : Afdi Achmad
Foto     : Istimewa

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.