Ketika Arsitek Belanda Bertanya Bangunan Lawas

0

ARSITEK Belanda, Ir O.H. (Obbe) Norbruis tengah mendalami dan menulis buku bangunan era kolonial Belanda yang ada di Indonesia. Hal ini juga berkelindan dengan momentum kota pusaka di Indonesia, termasuk Banjarmasin yang mengikuti even internasional itu di Belanda.

OBBE pun bertanya kepada Walikota Banjarmasin Ibnu Sina yang hadir di Belanda dan Belgia mengenai keberadaan dua bangunan tempo dulu yang ada di kawasan Jalan Lambung Mangkurat.  Mafhum saja, Banjarmasin merupakan ibukota Kalimantan serta kota yang tergolong maju perekonomiannya di era penjajahan Belanda, sehingga banyak bangunan lawas bergaya arsitektur Eropa didirikan.

Dua bangunan yang dimaksud Obbe adalah De Javasche Bank berdiri pada 1922, dan seiring waktu ‘dihancurkan’ dan diganti dengan bangunan baru, Bank Indenesia. Nyaris tak ada lagi yang tersisa dari bangunan lawas peninggalan arsitek andal Belanda itu.

Satu bangunan lagi adalah Escompto Bank yang dibangun pada 1931, hingga pada tahun 1980 menjadi kantor Bank Bumi Daya, di kawasan yang sama. Dulu, Jalan Lambung Mangkurat yang senyawa dengan Jalan Jenderal Sudirman itu bernama Laan de Resident de Hans dan Karel van den Heoijden, yang menghubungkan pusat kota dengan Pasar Lama.

“Mr Obbe Norbruis ini memang tengah menulis buku tentang bangunan Belanda di Indonesia,” ucap Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina kepada jejakrekam.com, via chatting WA, Kamis (12/10/2017).

Dari keterangan Obbe yang berlatar belakang arsitek ini ternyata dua bangunan di Banjarmasin itu justru memiliki keunikan tersendiri dibanding bangunan Belanda di tempat lain. “Desain arsitektur kedua bangunan itu berada di lahan basah yang berbeda dengan bangunan yang dibangun Belanda di tempat lain,” kata Walikota Banjarmasin ini.

Jika mengutip buku berjudul Dari De Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia (Fragmen Sejarah Bank Sentral di Indonesia) yang ditulis Erwien Kusuma menceritakan pada awal abad ke-20, tak hanya di Batavia, De Javasche Bank itu mulai gencar membangun gedung-gedungnya yang megah di setiap kota.

Untuk mewujudkan impiannya, De Javasche Bank mengontrak Biro Arsitek Ed. Cuypers en Hulswit  dengan durasi pembangunan sejak 1910 hingga 1935. Rekanan bank sentral era Belanda di tanah jajahan ini kemudian merancang kantor-kantor cabang De Javasche Bank yang dibangun sebelum tahun 1920.

Gedung kantor cabang De Javasche Bank itu berada di kota-kota besar era Hindia Belanda, sepert De Javasche Bank Surabaya (1911), Makassar (1912), Bandung (1915), Cirebon (1918), Banda Aceh (1918), Solo (1912), Medan (1912) dan Yogyakarta dibangun apada 1912. Bangunan era 1920 memiliki kemiripan arsitektur karena dirancang biro yang sama dan jadi rekanan De Javasche Bank.

Nah, ketika bangunan itu digarap setelah 1920, justru ciri arsitekturnya beragam. Ciri arsitektur kantor cabang De Javasche Bank yang dibangun biro arsitek itu tampak berbeda, terutama terlihat pada bentuk atapnya yang menyerupai atap bangunan joglo. Gedung-gedung berarsitektur unik dan mengadopsi perpaduan gaya Eropa dan lokal di bangunan kantor cabang De Javasche Bank itu adalah gedung kantor Banjarmasin yang didirikan pada 1922. Lalu, Pemantang Siantar (1923), Padang (1924), Pontianak (1924) dan Kediri (1927). Berbeda dengan kota-kota itu, bangunan De Javasche Bank Banjarmasin dengan teknik khusus bisa berdiri megah dan kokoh di atas lahan rawa.

Sedangkan, rekanan De Javasche Bank yakni Biro Arsitek Ed. Cuypers en Hulswit didirikan di Batavia pada 1908. Ada dua arsitek yang memotori pendirian biro konsultan aristektur ini adalah M.J. Hulswit dan E.H.G.H Cuypers, yang merupakan kantor cabang dari biro arsitek berpusat di Amsterdam, Belanda.

Biro arsitek ini juga bekerjasama dengan arsitek A.A. Fermont di Batavia, ketika M.J. Hulswit meninggal dunia pada 1921, dilanjutkan dengan membentuk perusahaan baru bernama N.V. Architecten-Ingenieursbureau Fermont te Weltevreden en Ed. Cuypers te Amsterdam  atau disingkat Biro Fermont-Cuypers, yang menjadi perancang beberapa bangunan tempo dulu di Indonesia.(jejakrekam)

 

Penulis Asyikin/Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.