Jemaah Haji Yang Kuat Bisa Laksanakan Tarwiyah

0

HARI TARWIYAH terjadi sebelum hari Arafah, dan Nabi Muhammad SAW menunaikan salat Zuhur, Asar, Magrib, Isya, dan Subuh di Mina pada hari Tarwiyah, malam hari Arafah dan pagi hari Arafah. Ini berarti Rasulullah SAW tidak meninggalkan Mina sebelum terbit Matahari di hari Arafah.

Jemaah yang tetap ingin melakukan ibadah tarwiyah diwajibkan mendapat izin dari kepala sektor di Daker Mekah. Jemaah harus membuat surat pernyataan yang disertakan daftar jemaah yang akan berangkat. Ini menjadi tanggung jawab pribadi dan jemaah tidak menuntut bila terjadi masalah.

Tarwiyah merupakan hari kedelapan di bulan Zulhijjah yang artinya merenung atau berpikir. Tarwiyah erat kaitannya dengan peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim AS.

Pada hari Tarwiyah ini, Nabi Ibrahim bermimpi mendapat perintah untuk menyembelih anak kesayangannya dari Siti Hajar, Ismail AS. Perintah ini tertuang dalam surat As Saffat ayat 102-107.

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang meliputi tim kesehatan dan tim pelindung jemaah, akan memantau jemaah haji Indonesia yang bakal melakukan ibadah tarwiyah atau napak tilas, seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Pemantauan bakal dilakukan untuk mengantisipasi dari kejadian yang tidak diinginkan.

Koordinator Konsultan Ibadah Haji Daerah Kerja (Daker) Mekah, Aswadi Syuhada Nuruddin mengemukakan, meski tidak melarang jemaah yang melakukan tarwiyah, tapi pemerintah tidak memfasilitasi jemaah haji, baik itu sarana transportasi maupun konsumsi jemaah.

Aswadi menyampaikan, jemaah haji yang akan melaksanakan tarwiyah diharapkan mendata ulang anggota kelompok mereka, sehingga tidak ada jemaah uzur yang kemampuan fisiknya sangat terbatas ikut tarwiyah. Bila harus meninggalkan jemaah yang sakit, dipastikan tetap ada dari kelompok yang tetap mendampingi.

“Tolonglah, jemaah yang kuat-kuat boleh melaksanakan tarwiyah, tapi jangan mengabaikan mereka yang sakit. Karena ini jadi problem pembimbing ibadah. Masa dia enak saja berjalan dan meninggalkan jemaah yang tua. Ini tidak fair,” kata Aswadi kepada tim Media Center Haji di Arab Saudi, Rabu (23/08/2017).

Pada malam itu dan pagi harinya, Ibrahim AS dengan sangat gelisah terus-menerus merenung dan berpikir, apakah mimpinya ini berasal dari Allah SWT ataukah dari setan. Karena ragu tentang kebenaran mimpinya, maka Ibrahim tidak segera melaksanakan perintah itu di siang hari. Ia masih terus berpikir.

Hingga pada malam kesembilan, Ibrahim kembali bermimpi dengan perintah yang sama, menyembelih Ismail. Mimpi yang sama untuk kedua kalinya ini membuat Ibrahim yakin bahwa mimpinya itu merupakan perintah Allah SWT. Karena itu, pada hari kesembilan disebut hari Arafah (mengetahui).

Pada malam kesepuluh, Ibrahim AS bermimpi lagi untuk ketiga kalinya dengan mimpi yang sama persis. Esok harinya pada 10 Dzulhijjah, di pagi hari, ia melaksanakan perintah itu. Karena itu hari kesepuluh ini dinamakan hari Nahar, yang artinya menyembelih.

Soal hari Tarwiyah ini terdapat hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan Ibnu Abbas. Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah SAW salat zuhur pada hari Tarwiyah dan salat subuh pada hari Arafah dari Mina.” (jejakrekam)

Penulis : Tim Haji Viva

Editor    :  Afdi Achmad

Foto      :  msaadhamid

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.