Dalam Toleransi, Kalsel Menjadi Contoh Daerah Lain

0

INTOLERANSI dan makin menipis nilai kebangsaan patut diwaspadai. Hal ini terbukti dalam beberapa tahun belakangan ini banyak peristiwa intoleransi yang menunjukkan adanya ancaman kebhinnekaan di Indonesia.

TOPIK ini diungkap dalam dialog kebangsaan bertajuk Perempuan Perekat Kebhinnekaan yang dihelat Forum Perempuan Kalsel, Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3), Persatuan Wanita Kristen Indonesia (PWKI) dan Seksi Pelayanan Perempuan Gereja Kristen Evangelis (SPPerGKE) di Aula Gereja Eppata Banjarmasin, Rabu (12/7/2017).

Di hadapan ratusan peserta dialog, Ketua Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI) Nia Syarifuddin mengaku bangga dengan Kalimantan Selatan yang terbukti sangat toleran. “Tak ada konflik keagamaan yang tinggi di Kalsel tak seperti di Pulau Jawa.  Di sini, tak ada demo Ahmadiyah, dan lainnya. Bahkan, kerukunan perempuan yang beda keyakinan juga terjalin, sehingga apa yang tercipta di Kalsel ini menjadi contoh daerah lain seperti Sulawesi , Maluku dan Papua,” ucap Nia Syarifuddin.

Dia mengingatkan pentingnya menjaga solidaritas kebangsaan, jangan sampai dirusak segelintir oknum yang menjadi agenda negara lain ingin merusak Indonesia. “Jangan sampai isu agama dibawa-bawa. Sebab, Indonesia ini sudah terbukti memiliki toleransi yang tinggi. Saya teringat pesan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) yang mengatakan perbedaan merupakan jati diri bangsa Indonesia. Makanya, jangan sampai hal itu dilemahkan atau malah dihilangkan. Sebab, Bhinneka Tunggal Ika merupakan falsafah kebangsaan kita,” cetusnya.

Sedangkan, Pendeta Enta Malasinta dari Sekolah Tinggi Tinggi GKE mengatakan agama merupakan sumber perdamaian bukan makah dirusak. Dialog pun makin hangat, ketika aksi teror atas agama terus mengemuka, sehingga perlu kembali untuk menanamkan nilai-nilai toleransi dan kebangsaan.

“Sekarang justru makin marak penerbitan kitab-kitab suci atau buku-buku tentang agama lain. Ini membuktikan tradisi beragama khususnya di Kalsel semakin tinggi. Makanya, kita membutuhkan spirit keagamaan dengan wajah yang ramah kepada masyarakat,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis : Asyikin

Editor   : Didi G Sanusi

Foto      : Asyikin

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.