Yang Pasti NU Tetap Utamakan Metode Rukyatul Hilal

0

MESKI berpotensi bersepakat dengan ormas Islam Muhammadiyah, metode rukyatul hilal yang digunakan Nahdlatul Ulama (NU) tetap diutamakan. Kesepakatan itu akan dicapai ketika metode rukyatul hilal itu diterapkan dalam menetapkan awal Ramadhan, awal Syawal serta penentuan 10 Zulhijah atau Hari Raya Idul Adha dalam kalender Hijriyah.

KETUA Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Selatan, Ahmad Syaihu menegaskan sebenarnya NU dengan metode rukyahnya tidak bisa membuat kesepakatan sebelum mekanisme rukyatul hilal diterapkan.

“Sebab, bisa saja secara hisab hilal di posisi ketinggian yang mungkin dirukyah, tapi secara faktual tidak terlihat karena faktor cuaca dan lingkungan atmosfir yang tidak mendukung,” kata Ahmad Syaihu kepada jejakrekam.com, di Banjarmasin, Selasa (23/5/2017).

Ia menegaskan jika kenyataannya seperti itu berlaku mekanisme istikmal,  yaitu menggenapkan jumlah hari pada Syaban menjadi 30 hari, sehingga bisa saja akan berbeda dengan penetapan Muhammadiyah.

“NU dengan metode rukyahnya, sebenarnya tidak mengenal adanya kesepakatan untuk menentukan awal bulan sebelum mekanisme rukyah dilaksanakan. Kalau ada yang membuat kesepakatan lebih dahulu, berarti itu sedikit menyimpang dari mekanisme standar yang berlaku dalam manhaj NU sendiri,” tegasnya lagi.

Menurut Syaihu, hal itu sepakat atau tidak sepakat tidak akan berlanjut, sepanjang  belum ada kesamaan kreteria dalam menentukan awal bulan. “Jadi, sampai kapan pun perbedaan akan selalu ada. Nanti kita akan menemukan kembali perbedaan itu, ketika bulan berada pada ketinggian antara 0 dan 2 derajat,” ujar dosen UIN Antasari ini. (jejakrekam)

Penulis   : Didi G Sanusi

Editor     : Didi G Sanusi

Foto        : Konsultasi Syariah

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.