GP Ansor Tentang Konvoi HTI, Sarankan Ormas Ini Jadi Parpol Resmi

0

AKTIVITAS Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kalimantan Selatan yang akan menggerakkan massa dalam Masiroh Panji Rasulullah SAW (Mapara) dengan cara berkonvoi di jalan raya di Banjarmasin, Minggu (16/4/2017), ditentang Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Hal itu dikhawatirkan akan memicu konflik serta memprovokasi masyarakat yang sudah sepatutnya dijaga.

KETUA Pengurus Wilayah GP Ansor Kalimantan Selatan, Harunur Rasyid mengatakan telah ada kesepakatan antara pihaknya dengan HTI Kalimantan Selatan yang akan menghelat mapara di Hotel Golden Tulip Banjarmasin, Minggu (16/4/2017) yang difasilitasi Polda Kalimantan Selatan.

“Kesepakatan itu adalah agar aktivis HTI Kalsel tak lagi berkonvoi di jalan raya yang ada di Banjarmasin. Kami mengkhawatirkan hal itu justru akan memprovokasi masyarakat, apalagi jika ada kata-kata yang mengatakan negara ini kafir, anti Pancasila dan sebagainya,” ujar Harunur Rasyid kepada jejakrekam.com,  Minggu (16/4/2017).

Dari kesepakatan itu, beber dia, memang ada beberapa aktivis HTI Kalsel yang sebelumnya berkumpul di kawasan Patung Bekantan, Jalan Piere Tendean Banjarmasin, namun berhasil dihalau petugas kepolisian.

“Nah, jika kawan-kawan HTI masih saja ingin konvoi, tentu Banser GP Ansor akan menghadapinya. Alhamdulillah, kesepakatan yang dibuat di Polda Kalsel pada Jumat (14/4/2017) itu masih dipegang kawan-kawan HTI,” ujar Harunur Rasyid.

Ia mengakui GP Ansor bukan anti terhadap perjuangan yang diambil aktivis HTI Kalimantan Selatan. Namun, menurut dia, kekhawatiran akan memprovokasi seperti membawa bendera, isu khilafah serta menyebut negara ini haram, atau isu-isu lainnya yang justru akan memancing massa lainnya. “Kalau mereka menggelar acara di tempat tertutup seperti di Hotel Golden Tulip, silakan saja. Itu memang sesuai dengan kesepakatan,” cetus Hanurur Rasyid.

Jebolan IAIN Antasari Banjarmasin ini menegaskan teguran yang dilakukan anggota Banser GP Ansor hanya mengingatkan sebuah kesepakatan awal.  “Sebab, kesepakatan itu juga melibatkan aparat keamanan seperti dari Polda Kalsel dan Polresta Banjarmasin. Namun, untungnya, mereka langsung membubarkan diri,” katanya.

Harunur Rasyid mengajak agar para aktivis HTI mengutamakan dialog, karena pada hakikatnya aktivis Nahdlatul Ulama (NU) serta ormas Islam ini tetap bersaudara, walau berbeda pandangan. “Kalau kawan-kawan HTI ingin mendirikan negara ini berideologi tertentu, tentu GP Ansor menganggap hal itu jelas bertentangan dengan pandangan kami bahwa Pancasila, UUD 1945 dan NKRI itu merupakan harga mati,” cetusnya.

Ia menyarankan agar HTI menempuh jalur formal dengan membentuk diri sebagai partai politik (parpol), sehingga bisa memperjuangkan hal itu ke jalur legal seperti ke DPR RI. “Jangan lantas mencaki-maki Pancasila sebagai produk yang haram dan sebagainya. Nah, kalau HTI menjadi parpol yang resmi, jelas lewat jalur formal jauh lebih terhormat, tanpa harus berteriak di jalan yang menyebut negara ini sebagai negara kafir dan sebagainya,” tutur Harunur Rasyid.

Sebab, menurut dia, jika gerakan semacam ini terus dilakukan HTI, bisa menimbulkan aksi makar terhadap negara karena terus memprovokasi rakyat. “Sekali lagi, kami tidak memusuhi HTI dan siapa pun itu. Tapi, kami ingatkan jangan melakukan tindakan yang berpotensi merusak negeri ini,” tandas jebolan Pondok Pesantren Rakha Amuntai ini.(jejakrekam)

Penulis   : Didi G Sanusi

Editor     : Didi G Sanusi

Foto        : Dokumentasi GP Ansor

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.