PKB Incar Posisi Dua Besar di Peta Politik Kalimantan Tengah

0

KENDATI Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 2019, masih dalam hitungan tahun, tetapi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kalimantan Tengah, yang merupakan salah satu partai pengusung Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran, sudah mempersiapkan seluruh kadernya jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan pesta demokrasi lima tahunan ini.

BERTEMPAT di Ballroom Hotel Swissbell Danum Palangkaraya, digelar workshop pemantapan untuk memberikan semangat bagi seluruh kader PKB, di Bumi Tambun Bungai. “Kami berharap PKB kedepan, bisa menjadi nomor dua di Kalteng. Dengan adanya 7 fraksi dan ditambah 2 fraksi, siapa tahu gubernur pada periode kedua nanti, musuhnya hanya kotak,”kata Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kalimantan Tengah, H Asera di Palangkaraya, Selasa (28/3/2017).

Ia menjelaskan upaya selama ini yang telah dilakukan untuk meraih posisi kedua di Kalteng, yakni dengan cara mendekati dan merangkai tokoh-masyarakat dan agama, yang mempunyai pengaruh guna mengajak memilih PKB. Asera mengingatkan agar seluruh kader selalu kompak dan tak kenal lelah untuk bersama-sama membantu membesarkan PKB, agar menjadi partai yang disegani  bagi lawan politik dari partai lain.

Apalagi ia mengklaim, selama ini PKS tidak pernah mengemis kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalimantan Tengah maupun instansi lainnya untuk diberikan proyek. Bahkan sebaliknya, malah mendatangkan investor untuk bisa menanamkan investasi di Kalteng. “Itulah kita lakukan. Kita tidak minta-minta proyek tetapi mendatangkan investor dari luar negeri untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia dan Kalteng,” ucapnya.

Sementara itu, Wakil Sekjen DPP PKB Ali Anshori, memprediksi pada Pileg 2019, akan terjadi tingkat keruwetan politik. Momen pertemuan kali inilah,  menurut Ali Anshori, untuk menempatkan dasar-dasar strategi Pemilu 2019. Workshop juga diisi dengan sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan bagi seluruh kader PKB.

Diakuinya, saat ini basis mayoritas NU ataupun Muhammadiyah, seperti tidak terlihat lagi. Malahan yang lebih menonjol justru gerakan-gerakan fundamentalis yang merupakan kelompok baru, yang mengancam pluralisme di Indonesia. “Ada kelompok fundamentalis, atas nama agama melakukan kekerasan. Bahkan slogan Allahu Akbar dipakai untuk melakukan kekerasan juga. Begitu juga kelompok Wahabi. Di Solo, ada kelompok Majelis Tafsir Alquran (MTA) yang mendoktrin agama,”imbuh Ali Anshori.(jejakrekam)

Penulis  :  Tiva Rianthy

Editor    : Didi G Sanusi

Foto      :  Tiva Rianthy

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.