Trend Kasus DBD Menurun, Kalimantan Selatan Tetap Waspada

0

MESKI belum memakan korban, toh angka kasus deman berdarah dengue (DBD) di Kalimantan Selatan sudah patut diwaspadai. Tercatat, sejak Januari hingga Maret 2017, sudah ada 80 kasus yang menyebar di beberapa kabupaten dan kota.

SEBARAN penyakit yang ditularkan nyamuk aedes aegypti sudah terdapat di Kabupaten Tabalong. Tercatat di kabupaten ini terdapat 17 kasus, kemudian disusul 11 kasus di Kabupaten Balangan, serta daerah penyumbang lainnya adalah Banjarbaru, tercatat ada 10 kasus DBD yang menjangkit kota ini.

“Jika dibanding tahun 2016 lalu, trend kasus DBD memang menurun. Sebab, pada Januari 2016, kasus DBD di Kalsel terdata ada 1.890 kasus, hingga memakan 14 orang yang meninggal dunia. Lalu, Februari 2017 tercatat 1.358 kasus dengan 5 orang korban jiwa,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, Muslim kepada jejakrekam.com, Minggu (26/3/2017).

Ia mengingatkan agar warga Kalsel tetap mewaspadai setiap genangan air hujan baik di rumah maupun luar rumah di tengah curah hujan yang cukup tinggi. “Nyamuk aedes aegypti biasanya suka bersarang di area genangan air. Sebab, serangan nyamuk ini terjadi pada pukul 08.00-11.00 siang, dan kemudian berlanjut pada sore hari sejak pukul 15.00-18.00. Nah, waktu-waktu ini yang harus diwaspadai, jangan lengah sedikit pun, nanti DBD bisa menyerang,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin Anis Suroyo juga mengingatkan agar mewaspadai DBD. Untuk meminalisir sebaran nyamuk ‘belang’ itu, tim juru pemantau jentik (jumantik) telah disebar hingga ke rukun tetangga (RT). “Kami menargetkan di Banjarmasin tak ada lagi korban jiwa akibat serangan DBD,” ucap Anis Suroyo.

Ia mengakui di Banjarmasin berbeda dengan daerah lain, karena angka kasus DBD terbilang masih kecil. Menurut Anis Suroyo, saat ini sudah dilakukan pemetaan lokasi kantong-kantong kasus DBD, belajar dari pengalaman tahun 2016 lalu. “Kami minta warga tetap waspada. Apabila, ada yang terjangkit segera bawa ke puskemas atau rumah sakit. Dengan penanganan yang cepat peluang untuk menyelamatkan jiwa korban jauh lebih besar,” kata Anis Suroyo.

Sekadar informasi, dibanding kasus 2016, terdapat 4.009 kasus dengan 29 korban jiwa. Nah, jajaran Dinas Kesehatan Kalsel dan beberapa daerah pun bertekad untuk menekan angka kasus DBD dengan sosialisasi, menerjun jumantik, hingga pemberian bubuk abate secara gratis terutama di daerah yang rentan terserang nyamuk pembawa virus yang mengakibat deman tinggi dan mengancam kematian itu.(jejakrekam)

Penulis  : Amran Nuddin

Editor    : Didi G Sanusi

Foto       : Liputan Indonesia.com

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.