Si Permen Rambut Gulali yang Kini Berada di Tepi Zaman

0

JAJANAN tradisional seperti gulali seperti berada di tepi zaman. Pangan berbentuk seperti rambut-rambut tipis dan manis dengan warna merah mudah yang mencolok ini seakan mulai dilupakan para peminatnya.

PENIKMAT gulali di era 1980 hingga 1990-an, tentu masih ingat dengan jajanan pasar yang satu itu. Harganya yang murah, ketika menikmatinya tak kalah dengan permen-permen modern yang dikemas apik. Itu dulu, kini di era 2000-an, gulali seakan menepis di tengah gempuran permen modern berbaha gula sintetis dan serba instan.

“Dulu, kalau sekali jualan bisa habis 2 hingga 3 kilogram gula pasir. Sekarang, bersyukur kalau habis sekilo, ya paling banter hanya setengah kilogram,” ujar Ahmad, penjual gulali yang mengaku sudah puluhan tahun menggeluti profesi yang sudah terbilang langka itu di Banjarmasin, Minggu (26/2/2017).

Sejak masih bujangan, hingga kini sudah memiliki 3 anak dan 5 cucu ini, Amat-begitu ia disapa sehari-hari, mengakui gulali seperti tak lagi menjadi pilihan menu bagi anak-anak sekarang. Padahal, untuk membuat gulali, Amat hanya berbekal panci khusus yang didesain berputar dengan panas api dari kompor gas. Semua digerakkan dari pedal sepeda pancal yang sering dipakai anak-anak.

“Sekarang, pembeli gulali ini sudah berumur. Ya, sudah tua, jarang-jarang anak yang beli. Mungkin, takut manis atau entah belum mengenal jajanan ini,” ujar warga Anjir Pasar, Kabupaten Barito Kuala ini.

Ia pun berharap di tengah serbuan permen impor yang terkadang berbahan baku gula buatan, gulali akan tetap ada, meski hanya dinikmati kalangan tertentu sebagai penyukanya.

“Sebetulnya, kami tetap berharap ada pelatihan khusus dari instansi terkait, bagaimana nantinya membuat agar gulali ini bisa seperti jajanan modern yang menarik. Ya, semua tergantung niat dari pemerintah daerah apakah mau mendengar keluhan kami ini,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis : Sira Awdi

Editor  : Didi GS

Foto    : Sira Awdi

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.