Langsat Pontianak Kini Gantikan Pasar Langsat Legendaris Tanjung

0

PAMOR langsat Tanjung yang sudah terpatri dalam memori para penikmat buah-buah, sepertinya lambat laut akan tersingkir dengan hadirnya buah bernama latin L domesticum var domesticum ini asal Desa Punggur, Kecamatan Kakap, Kabupaten Kubu Raya yang dikenal di pasaran sebagai langsat Pontianak.

ANIMO warga Banjarmasin dan sekitarnya untuk mencoba dan kemudian ketagihan dengan citra rasa buah bertangkai ini, seakan ingin melupakan kenikmatan langsat Tanjung yang kini terbilang langka.

“Sekarang, buah langsat Tanjung sudah jarak masuk ke pasaran. Kalau pun ada, harganya sangat mahal, dan rasanya tak seperti dulu. Kalau dulu manis dan terasa segar, sekarang langsat Tanjung sudah asam. Ya, kami menduga akibat tercemar aktivitas pertambangan di kawasan Kabupaten Tabalong,” ujar Yuda, penjual langsat Pontianak di Jalan HKSN, Kecamatan Banjarmasin Utara, Jumat (24/2/2017).

Apalagi, menurut Yuda, informasinya saat ini perkebunan langsat Tanjung di beberapa sentra penghasil di Kabupaten Tabalong dikabarkan tengah gagal panen, dan pamor langsat itu kian menurun di pasaran. “Beda dengan langsat Pontianak, selain manis dan mengandung jeli yang enak dikonsumsi,” kata Yuda, berpromosi.

Ia membandrol harga langsat Pontianak terbilang cukup murah hanya Rp 20 ribu per kilogram. Bahkan, Yuda juga melayani pembelian setengah kilogram seharga Rp 10 ribu. Padahal, di berbagai tempat seperti di kawasan Jalan Kampung Melayu, harga langsat Tanjung ini ditawarkan beragam dari Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu per kilogram.

Untuk memasuki pasar Banjarmasin, langsung ini langsung didatangkan dari Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Ia mengakui langsat Pontianak yang membanjiri pasar Banjarmasin itu sudah disortir terlebih dulu di Sampit, baru dipasok begitu ada pesanan dari para pedagang eceran di ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

“Boleh dibilang, langsat Pontianak yang masuk ke Banjarmasin sudah tangan ketiga. Tangan pertama ya didatangkan dari Pangkalan Bun, kemudian ke Sampit, baru masuk ke Banjarmasin,” kata warga Jalan Alalak Utara, Banjarmasin Utara ini.

Sudah belasan tahun berjualan langsat, Yuda mengaku sudah punya jaringan untuk mendrop buah tropis ini ke Banjarmasin. “Tinggal telepon ke Sampit, nanti para pemasok dari sana membawa beberapa mobil pickup ke Banjarmasin,” katanya.

Stok langsat Pontianak terbilang cukup melimpah. Menurut Yuda, saban hari sedikitnya dipasok 3 pikul atau 300 kilogram langsat Pontianak. “Untuk pasar Banjarmasin, langsat Pontianak yang dipasok dari Sampit, sudah mencapai lima ton sehari,” ucap Yuda.

Dalam strategi pasar yang diterapkan Yuda adalah pembidik para pembeli yang berasal dari kampung di sekeliling Jalan HKSN Banjarmasin. Menurut Yuda, dengan membuka lapak dagangan sejak pukul 07.00-23.00 Wita, 300 kilogram langsat Pontianak ludes terjual. “Kalau pagi, saya membidik para pegawai kantoran yang akan membeli langsat untuk dibawa ke tempat kerjanya. Sedangkan, kalau malam, ya orang-orang lewat Jalan HKSN,” tuturnya.

Daya tahan langsat Pontianak yang hanya mampu selama 2 hari, membuat Yuda dan pedagang lainnya menyortir buah-buahan yang baik agar tak cepat busuk. “Langsat Pontianak yang rasanya manis, hanya mampu bertahan dua hari,” ujar Yuda.

Ia mengakui pada Februari hingga Maret 2017, pesaing langsat Pontianak yang masuk ke pasaran Banjarmasin hanya berasal dari Pengaron, Kabupaten Banjar. “Tapi, rasanya tetap beda lebih manis langsat Pontianak. Makanya, jika buah-buahan lokal di Kalimantan Selatan ini tak mampu meningkatkan mutu, tentu akan kalah dengan langsat dari provinsi tetanga,” ucapnya.

Dengan mudahnya akses trans Kalimantan yang sudah terkoneksi tiga provinsi; Kalbar, Kalteng dan Kalsel, dinilai Yuda tak mustahil langsat Pontianak akan mengalahkan langsat-langsat legedaris Banua seperti langsat Tanjung. “Masyarakat kita itu memilih rasa, bukan lagi bicara kecintaan akan produk sendiri. Inilah yang akan membuat pamor langsat Tanjung akan terus meredup,” tutur jebolan SMA ini.

Sekadar diketahui, Desa Punggur, Kecamatan Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat ini merupakan sentra penghasil langsat berkualitas. Sejak Desember hingga Februari, perkebunan langsat yang dikelola warga setempat di atas lahan yang subur, menghasilkan langsat Pontianak yang berkualitas dan melimpah. Menuju Desa Punggur,  bisa ditempuh hanya 30 menit dari Kota Pontianak ini lewat Jalan Sei Raya Dalam dan Jalan Raya Kakap, langsat ini hanya dijual Rp 5 ribu per kilogram. Bahkan, para pedagang besar langsung membeli dari kebun-kebun warga Desa Punggur. Mereka bisa langsung memetik langsat yang masih segar dari pohon, hingga akhirnya didistribusikan ke Pangkalan Bun, Sampit, Palangkaraya hingga memasuki pasar Banjarmasin.(jejakrekam)

Penulis  : Didi GS

Foto     : Didi GS

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.