Harga Batubara Naik, BI Wanti-Wanti Momen Sesaat

0

MEMBAIKNYA harga batubara di pasar internasional sejak akhir 2016, ternyata patut diwaspadai. Mengapa? Hal itu ditengarai akibat berkurangnya pasokan atau suplai produksi di sejumlah negara penghasil di dunia.

SELAMA ini, produksi batubara di pasaran dunia dipenuhi beberapa negara seperti Australia, Tiongkok dan Indonesia. Untuk itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalsel, Harymurthy Gunawan, justru mewanti-wanti agar mewaspadai momentum perbaikan harga pasar batubara tersebut.

“Sebab, momentum semacam ini bersifat sesaat. Ini yang harus diwaspadai karena sewaktu-waktu bisa saja harganya kembali anjlok,” ujar Harymurthy Gunawan dalam diskusi dengan awak media massa di Banjarmasin, Rabu (8/2/2017).

Menurutnya, kenaikan harga yang berlangsung sejak akhir 2016 dan terus merangkak naik pada awal 2017, bukan disebabkan meningkatnya permintaan dunia akan bahan baku pembangkit listrik dan keperluan pabrik itu.

“Sebetulnya, dari angka permintaan masih tergolong tetap. Hanya saja, suplai atau produksi batubara dunai saat ini berkurang. Makanya, harganya naik,” tutur Harymurthy.

Ia menjelaskan jika sejumlah negara penghasil batubara kembali beroperasi, sementara kurva permintaan masih standar, jelas akan memicu harga kembali turun. “Inilah yang saya ingatkan agar para pelaku tambang dan perdagangan batubara patut mewaspadainya,” ucap Hary.

Menurutnya, sejak akhir 2016 lalu, harga batubara di pasar internasional mengalami kenaikan sekitar 20 persen. Untuk kalori tinggi yang sebelumnya USD 80 per ton, kini menjadi  USD 100 per ton. “ Sementara kalori menengah yang dulu di kisaran 60 Dolar AS, kini menjadi 80 Dolar AS. Adapun kalori rendah masih di bawah 50 Dolar AS per ton,” tutur Hary.

Ia juga mengutip data dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Kalimantan Selatan yang menyebutkan  ekspor batubara sempat mengalami penurunan di 2016, akibat anjloknya harga. “Penerimaan devisa dari ekspor batubara di provinsi ini, pada 2016 sebesar 2, 265 miliar Dolar AS. Turun sebesar 23,27 persen dibanding tahun 2015 yang ketika itu nilai ekspornya mencapai 2,951 miliar Dolar AS,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis : Deden

Editor   : Didi GS

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.