Menjaga Islam Nusantara dan Semangat Guru Tuha

0

ISLAM Nusantara yang menjadi tagline perjuangan Nahdlatul Ulama (NU) ingin dimanifestasikan dalam peringatan hari lahir (harlah) ke-91 sekaligus memperingati haul KH Abdul Qadir Hasan dipusatkan ke Gedung Dakwah NU Kalsel pada Sabtu (11/2/2017) nanti.

SEKRETARIS Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalsel, Nasrullah mengungkapkan dari peringatan harlah ke-91 yang dirangkai dengan haul Guru Tuha-gelar KH Abdul Qadir Hasan, misi untuk meneguhkan Islam Nusantara yang santun dan beradab ingin terus dijaga.

“Semangat 91 tahun lahirnya NU ini dijadikan momentum untuk terus mengawal Islam yang berpaham ahlussunah wal jamaah (aswaja). NU sebagai pendiri bangsa Indonesia, tetap teguh untuk mempertahakan persatuan dan kesatuan Republi Indonesia,” ucap Nasrullah, di Banjarmasin, Minggu (5/2/2017).

Menyikapi hardikan Gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam persidangan perkasa penistaan agama terhadap Rais A’am PBNU KH Ma’ruf Amin, Nasrullah mengakui secara pribadi sudah dimaafkan, namun di akar rumput warga Nahdliyin masih bergejolak. “Makanya, jika ada instruksi dari PBNU, kami umat Islam khususnya warga NU siap berangkat ke Jakarta. Bagi kami, tindakan Ahok yang terkesan melecehkan KH Ma’ruf Amin itu sudah keterlaluan,” ujar mantan anggota DPRD Kalsel ini. Namun, Nasrullah tetap mengingatkan agar semua elemen bangsa tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga tak terkoyak akibat persoalan semacam itu.

Mengenai persiapan harlah ke-91 NU dan haul KH Abdul Qadir Hasan di Gedung Dakwah NU, Jalan Achmad Yani Km 12, Gambut, Nasrullah memastikan akan hadir ribuan warga Nahdliyin. Ia mengingatkan pentingnya umat Islam khususnya Kalimantan Selatan untuk mengenal sosok Syekh Abdul Qadir Hasan yang merupakan pembawa pertama NU ke Banua. “Beliau adalah murid kesayangan Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari. Bahkan, Syekh Abdul Qadir Hasan merupakan satu-satunya orang Banjar yang memegang Rais Akbar NU,” tuturnya.

Ia menerangkan sejarah perjalanan Syekh Abdul Qadir Hasan yang merupakan sesepuh Pondok Pesantren Darussalam, karena pada 1922-1940 pernah menjadi pimpinan ponpes salafi yang telah mencetak ribuan ulama di Tanah Borneo itu.

Sebagai murid kesayangan pendiri NU KH Hasyim Asy’ari, Tebuireng, Jombang, KH Abdul Qadir Hasan mendirikan ormas Islam terbesar itu di Martapura, usai mengikuti Muktamar NU pertama di Surabay pada 21 Oktober 1916.

Dari tangan KH Abdul Qadir Hasan ini, tradisi seperti bahtsul masa’il (membahas masalah keagamaan), serta lailatul ijtima (pengajian) kini dijaga warga Nahdliyin. “Jasa beliau selama era perjuangan mengusir penjajah, hingga masa pendudukan Jepang, patut kita contoh. Apalagi, pada awal kemerdekaan, beliau turut aktif memulihkan keamaan bersama almarhum KH Zainal Ilmi (Dalam Pagar Martapura),” kata Nasrullah.

Jebolan IAIN Antasari Banjarmasin ini mengungkapkan semangat beliau sebagai sesepuh gerakan gerilya di masa revolusi di Kalimantan, patut ditiru dan terus dijaga, ketika memberi semangat kekuatan moril bagi pejuang dalam mengusir tentara Belanda yang ingin menjajah kembali tanah air. “Nah, hari wafatnya beliau pada 11 Rajab 1398 H atau 17 Juni 1978 yang dimakamkan di kubah Jalan Masjid Agung Al Karomah, Pasayangan, Martapura, kami peringati untuk menjaga semangat itu tetap hadir di hati umat Islam, terkhusus warga nahdliyin,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis : Didi GS

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.