Pilih Irama Pop Kreatif, Album Lagu Banjar Dibagikan Gratis

0

BERATNYA tarif bea cukai untuk mengkomersilkan copy lagu dalam cakram, membuat para seniman lagu tradisional Banjar terpaksa menggratiskan. Kebanyakan para pencipta dan penyanyi lagu tradisional Banjar ini memilih media sosial (medsos) seperti youtube sebagai sarana promosi.

DARI empat album yang telah dirilis JM Entertainment, semua dibagikan gratis kepada para penikmat lagu-lagu khas Banjar. “Kami tak sanggup untuk membayar tarif bea cukai lagu-lagu tradisonal Banjar, jika harus menjual ke pasaran,” ujar Jemmy Huzain Faisal, pemilik JM Entertainment, di Banjarmasin, Jumat (3/2/2017).

Padahal, dari empat album yang diluncurkan sejak 2010 hingga 2016, lagu Aku Kada Baung dan Selamat Datang masuk dalam kompliasi album perdana di Banjarmasin cukup hits di telinga para penyuka musik khas Banjar. Pada album edisi 2010, ada beberapa lagu unggulan yang diciptakan dari tangan dingin Jemmy Huzain ini, hingga diputar di radio dan stasiun televisi lokal. Begitupula, album kedua yang dirilis pada 2014 dengan lagu Liur Baungan, juga terpaksa digratiskan.

Untungnya, pada 2015, bekerjasama dengan Badan Kesbangpol Provinsi Kalimantan Selatan, album ketiga bertajuk Pilkada Baimbai itu, sebagian dananya disponsori pemerintah daerah. “Termasuk, album keempat bertema Ayu ke TPS juga bekerjasama dengan pemerintah daerah,” ucap Jemmy.

Ia mengakui album pertama sempat booming hingga bisa dicetak dalam cakram (DVD) sebanyak 15 ribu keping. Begitupula,  pada album kedua menembus angka 25 ribu keping copy, lagi-lagi dibagikan cuma-cuma. “Bukan kami menghindari pajak atau bea cukai. Tapi, kami takut kalau dikomersilkan, nanti berurusan dengan aparat hukum, karena tak sanggup membayarnya,” ucap Jemmy.

Wartawan yang juga penggiat seni ini sudah lama menggeluti seni musik Banjar, sejak bergabung ke Grup Musik Panting Putri Bungsu di Taman Budaya sejak 1990-an. Kemudian, Jemmy mendalami musik panting di Sanggar Kambang Kamanikan, Sanggar Sesaji, serta bergabung ke Sanggar Teater Banjarmasin yang menyuguhkan atraksi drama khas Banjar, Mamanda. “Dari sini, kemampuan saya diasah untuk menggeluti aliran musik tradisional,” ujar Jemmy.

Mengapa Anda memilih jalur pop kreatif untuk menampilkan lagu-lagu khas Banjar? Jemmy mengakui selama ini, lagu-lagu Banjar dibalut dengan irama musik dangdut. “Lalu, saya mencari nuansa baru agar lagu Banjar tak hanya didominasi alunan musik dangdut. Jadi, para penyuka lagu pop kreatif bisa menikmati warna baru lagu Banjar dalam kolaborasi tradisional dan modern,” katanya.

Jemmy pun tak ingin melupakan jati diri lagu Banjar yang harus disentuh dengan instrumen musik panting, tabuhan babun, serta alat perkusi tradisional. “Makanya, dalam album lagu-lagu saya bersama kawan-kawan, selalu ada warna musik tradisional Banjar, bukan melulu irama pop kreatif,” kata sang gitaris ini.

Untuk melahirkan sebuah album berkualitas, Jemmy mengungkapkan butuh dana yang tak sedikit. “Untuk mencetak satu album lengkap dengan video klipnya, sedikitnya butuh dana Rp 100 juta. Sebab, biaya pembuatan video klip itu berkisar Rp 5 juta hingga Rp 7 juta. Bayangkan, kalau dalam satu album itu ada sepuluh lagu, berapa biaya yang dikeluarkan,” tutur Jemmy.

Berkiblat pada jenis musik yang dipakai maestro lagu Banjar, Anang Ardiansyah (almarhum), Jemmy mengaku lebih banyak terinspirasi dengan gaya tradisional Banjar yang dibalut kondisi kekinian. “Melestarikan lagu Banjar ini sebetulnya sebuah kerja sosial. Makanya, saya sering meng-upload lagu-lagu Banjar di youtube. Alhamdulillah, respon para penikmat musik dan lagu Banjar sangat positif,” ujar Jemmy.

Terbukti, lagu berjudul Jara ternyata menjadi video favorit para youtuber. Hingga dari versi youtube, lagu ciptaan Jemmy Huzain ini didampuk sebagai lagu terbaik situs berbagi video itu pada 2014, karena telah ditonton lebih dari 50 ribu orang. “Insya Allah, pada 2017 ini, kami akan meliris album kelima. Ada 12 lagu yang akan dibuatkan video klipnya, serta  dinyanyikan para penyanyi Banjar dengan kualitas suara yang tak perlu diragukan lagi. Kami tak ingin menyuguhkan lagu ala kadarnya, karena menyangkut taste serta nama daerah,” kata Jemmy.

Kerja keras dan tantangan yang mampu ditaklukkan Jemmy, memang membuahkan hasil. Dia pun sempat diundang di komunitas suku Banjar di Malaysia dan Singapura untuk mendendangkan lagu-lagu tradisional di luar Banjarmasin. “Alhamdulillah, lagu-lagu saya juga dipromosikan hingga ke Thailand dan Spanyol oleh Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan. Makanya, kami tak ingin sembarangan membuat album, karena sekali lagi tak ingin memberi malu daerah,” ucapnya. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi rekaman, Jemmy mengaku tak khawatir lagi kualitas lagu yang dirilisnya. “Semua digarap sendiri dengan peralatan yang ada. Jadi, dari sini, kita bisa menata, menyunting dan memasukkan instrumen khas Banjar dalam lagu-lagu yang dibawakan para penyanyi,” tandas Jemmy.(jejakrekam)

Penulis  : Didi GS

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.