Wadai Kelemben di Tengah Himpitan Modernitas Kue
MODERNITAS menyapa Banjarmasin dan sekitarnya. Kini, bak cendawan di musim hujan, café-café berkelas tumbuh subur di Banjarmasin dengan suguhan kue-kue internasional sebagai andalan. Namun, di tengah gemerlapnya kehidupan hedonis warga ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ini, masih ada yang tetap setia menjajakan wadai khas Banjar.
YA, sebut saja salah satunya kue bolu atau wadai kelemben khas Banjar yang ditawarkan dari satu pasar ke pasar lainnya. Adalah H Mursid, rela mengayuh sepeda bututnya berpuluh kilometer agar wadai kelemben tetap melekat di hati para penggemarnya.
“Mungkin banyak orang yang sudah lupa dengan wadai kelemben. Sekarang mungkin anak-anak banyak yang mengenal kue donat, pizza, atau kue modern lainnya. Tapi, kami tetap setia menjajakan kue kelemben,” tutur H Mursid kepada jejakrekam.com, saat melayani para pembeli di kawasan Pasar Malabar atau Pasar Sudimampir Raya, Jumat (12/1/2018).
Ia mengakui jika tak jemput bola, mungkin banyak orang yang lupa dengan kue kering khas Banjar ini lama kelamaan. “Ciri wadai kelemben ini bentuknya seperti bunga mawar yang sedang mekar. Masa keemasannya pada 1990-an. Waktu itu, dalam sehari, kami bisa membuat wadai kelemben hingga empat bantal tepung terigu (empat sak tepung terigu. Sekarang, dalam sehari paling satu bantal,” kata Mursid.
Untungnya, hingga sekarang masih banyak yang meminati kue khas Banjar ini. Dia bercerita usaha pembuatan wadai kelemben ini telah dirintis sejak 1982, dan mampu bertahan hingga sekarang. Bahkan, dengan mengandalkan kue kelemben, Mursid dan istri bisa berangkat naik haji ke Tanah Suci Makkah-Madinah.
Agar bisa menjaga regenerasi pembuat wadai kelemben, lelaki tua yang kini berusia 67 tahun itu pun mengajarkan dan mentransfer ilmu kepada anak-anaknya. “Jangan sampai wadai kelemben ini hilang ditelan zaman, seiring makin maraknya kudapan modern yang tersaji di café-café yang tumbuh subur di Banjarmasin,” kata Mursid.
Pengamat kue khas Banjar, Hasnah pun mengakui banyak potensi kudapan tradisional yang bisa diangkat menjadi andalan wisata di Banjarmasin.
“Salah satunya, ya wadai kelemben. Sayang, wadai ini kurang promosi dan pembinaan dari instansi terkait khususnya Pemkot Banjarmasin. Padahal, rata-rata para pembuat wadai kelemben ini adalah pelaku usaha mikro dan kecil. Ya, setidaknya ada dinas atau instansi terkait bisa membantu dalam pemasaran wadai-wadai khas Banjar, termasuk menerapkan inovasi baru sehingga mampu bersaing di tengah serbuan kue-kue modern,” tandas Hasnah.(jejakrekam)
Penulis : Sirajuddin
Editor : Didi G Sanusi
Foto : Sirajuddin