Libatkan Akademisi Universitas Leeds Inggris, Penyandang Disabilitas Dibekali Diri Hadapi Bencana

0

INDEKS Ketahanan Daerah (IKD) Kota Banjarmasin masih tergolong rendah dalam menghadapi bencana. Hal ini memicu para penyandang disabilitas merasa belum aman.

BERDASAR data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarmasin, IKD yang menjadi komponen penilaian guna melihat ketahanan (kapasitas) daerah hal kebencanaan, terutama pada nilai indeks risiko bencana (IRB).

Dari 13 kabupaten/kota di Kalsel, IKD Banjarmasin masih berada di posisi keempat pada 2022 dengan nilai 0,56 berdasar hasil evaluasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Bekas ibukota Provinsi Kalsel ini masih berada di bawah Kabupaten Tapin dan Kabupaten Tanah Bumbu yang berada di posisi ke-1 dan ke-2 dengan skor 0,62 serta di bawah Kabupaten Barito Kuala (Batola) dengan nilai 0,58. Bahkan, IRB Banjarmasin dari awalnya 0,96 turun menjadi 0,84 pada 2022, artinya tergolong masih memiliki risiko kecil di Kalsel.

BACA : Dosen FKIP ULM Edukasi Siswa SMP 35 Banjarmasin Terkait Jenis Bencana di Lingkungan Sekitar

Berangkat dari hal itu dalam project Kayuh Baimbai, Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Cabang Banjarmasin bekerja sama dengan Tim Universitas Leeds, Inggris.

Para pengajar dari perguruan terbesar kedua di Britania Raya berbasis di Leeds, West Yorkshire, Inggris didatangkan untuk membekali para penyandang disabilitas di Hotel Harper, Jalan S Parman, Banjarmasin, Kamis (14/12/2023).

BACA JUGA : Berbiaya Rp 6,9 Miliar, Gedung Baru BPBD Banjarmasin Ditargetkan Jadi Pusdalops Bencana Kota

Ketua PPDI Kota Banjarmasin, Slamet Triyadi menuturkan pembekalan ini melibatkan berbagai unsur di dalamnya.

“Mulai dari pemerintahan, tim penyelamat baik BPDD hingga Damkar. Termasuk diisi oleh akademisi dari tim Universitas Leeds, Inggris,” ucap Slamet Triyadi kepada awak media.

Menurut dia, intensitas bencana di Banjarmasin terbilang cukup tinggi, baik itu banjir ataupun kebakaran. Dirinya ingin para penyandang disabilitas bisa memiliki kemampuan bertahan yang baik.

BACA JUGA : Jadi Acuan Masterplan Atasi Banjir, BPBD Banjarmasin Bikin Riset Dasar Kebencanaan

“Harapan ke depan melalui forum ini bisa memahami minimal bagaimana cara menyelamatkan diri dari bencana. Mereka bisa tahu ke mana harus menyelamatkan diri, kemana harus meminta tolong, dan menyelamatkan barang berharga milik difabel,” Slamet Triyadi.

Menurut dia, masyarakat sekitar juga bisa terlibat dalam penanganan penyelamatan yang benar terhadap para difabel.

BACA JUGA : Evaluasi Total Mitigasi, Respon dan Pemulihan Bencana Kebakaran di Banjarmasin

“Acara ini menjadi awal dari berbagai pelatihan dan forum. Bagaimana penyelamatan dan kesiapan difabel dalam menghadapi bencana. Karena sejauh ini,  belum ada di seluruh Indonesia semacam pelatihan, dokumen, maupun pentunjuk tentang penyelamatan bencana bagi difabel,” tutur Slamet.

Dirinya meminta pemerintah melalui petugas-petugas untuk bisa turut aktif dan terus berkoordinasi terkait permasalahan difabel. “Hal ini agar agar penyelamatan pada difabel terhadap bencana itu bisa terlaksana dengan baik,” pungkas Slamet.(jejakrekam)

Penulis Ferry Oktavian
Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.