Sekali Menari, Berapa Rupiah ‘Uang Rakyat’ Dikeluarkan di Air Mancur Jembatan Pasar Lama?

0

KETUA DPW Gerakan Jalan Lurus (GJL) Kalimantan Selatan, Anang Rosadi Adenansi mengingatkan pertunjukan air mancur menari di Jembatan Pasar Lama jangan sampai menguras dana dari APBD Banjarmasin.

AKTIVIS senior ini mengingatkan kejadian saat air mancur menari di Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau Taman Kamboja yang rata-rata sekali pertunjukan menghabiskan biaya operasional khususnya listrik bisa mencapai Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta.

Sebagai pembanding, Anang Rosadi mengatakan seperti biaya operasional pertunjukan air mancur di Taman Sri Baduga, Purwakarta bisa menelan dana hingga Rp 20 juta.

“Bandingkan dengan Jembatan Pasar Lama dengan daya listrik 197 kV atau 197.000 Watt, tentu lebih besar. Apalagi, jika durasi air mancur yang dioperasionalkan itu pada Sabtu malam atau malam Minggu cukup lama, taruh empat kali sepekan dengan biaya Rp 2 juta hingga Rp 6 juta, berarti biaya dikeluarkan mencapai Rp 8 juta hingga Rp 24 juta sebulan? Dari mana dana itu dialokasikan?” kata Anang Rosadi Adenansi kepada jejakrekam.com, Jumat (29/12/2023).

BACA : Butuh Daya Listrik Besar 197 KVA, Air Mancur Pelangi Jembatan Pasar Lama Segera ‘Menari’

Menurut dia, biaya listrik terlebih lagi jika menggunakan mesin genset berbahan bakar minyak (BBM) seperti di air mancur Taman Berlian di Taman Cahaya Bumi Selamat (CBS) Martapura rata-rata per malam menelan dana Rp 6 juta untuk operasional.

“Sekarang, air mancur itu kabarnya malah tidak dioperasionalkan lagi? Ini terkait dengan biaya besar yang harus dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Oke, air mancur ala Jembatan Banpo Korea yang digadang-gadang hadir sebagai bagian dari wisata susur Sungai Martapura, toh berapa biaya yang dikeluarkan hanya sekadar hiburan, sudah membangunnya berbiaya Rp 11,8 miliar, nanti akan bertambah lagi dengan pengaspalan dan biaya operasional dan perawatan air mancur? Ini harus dibuka ke publik karena menyangkut penggunaan uang rakyat,” tutur mantan anggota DPRD Kalsel ini.

BACA JUGA : Berdana Rp 11 Miliar, Jembatan Pasar Lama Dipermak Ala Jembatan Banpo Korea Dengan Air Mancur Pelangi

Senada Anang Rosadi, Pakar Kota Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Akbar Rahman mengatakan kehadiran air mancur di Jembatan 9 November atau Pasar Lama itu justru menghasilkan jejak karbon bagi Kota Banjarmasin.

“Jejak karbon atau jumlah karban atau gas emisi itu akan bertambah di Banjarmasin, karena adanya aktivitas dari air mancur yang dihidupkan dari energi listrik, air dan lainnya,” kata Akbar Rahman.

BACA JUGA : KN-JP2B Ancam Ajukan Sengketa, PUPR Banjarmasin Tutup Informasi Proyek Aksesoris Jembatan Pasar Lama

Koordinator Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik ULM ini mengaku prihatin ternyata belum rampung dikabarkan ada 11 unit lampu sorot sudah dicuri oleh si tangan jahil. Alhasil, Dinas PUPR Kota Banjarmasin pun memasang kamera pengawas (CCTV) di sekitar area Jembatan Pasar Lama.

“Inilah mengapa soal infrastruktur bukan hanya soal anggaran, tapi juga soal kesiapan manusianya, maka yang paling penting bangun manusianya juga. Terlebih lagi, jika dipasang di ruang publik maka risiko keamanan, pemeliharaan dan operasional harus jadi pertimbangan. Ini belum lagi karena air mancur itu gratis ditonton beda kalau misalkan dikomersilkan, tentu butuh biaya operasional yang harus dikeluarkan,” ucap doktor urban design lulusan Saga University Jepang ini.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.