Perkenalkan Metode Pengobatan Herbal ‘Uluh Bakumpai’, Tim Dosen dan Mahasiswa Sosiologi ULM Turun ke Desa

0

KEARIFAN lokal Orang ‘Uluh’ Bakumpai dalam pemanfaatan tumbuhan obat (herbal) jadi topik yang diangkat Tim Pengabdian Masyarakat Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM).

DIMOTORI Ketua Program Studi Sosiologi FISIP ULM, Setia Budhi melalui program dosen wajib mengabdi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) turun ke beberapa desa dan kelurahan di Kecamatan Bakumpai, Kabupaten Barito Kuala (Batola).

“Pemanfaat tumbuhan obat itu telah dilakukan secara turun temurun merupakan bentuk kearifan lokal yang masih dilestarikan.  Walaupun pada beberapa generasi muda dan pengaruh perkembangan pengobatan medik, penggunaan tumbuhan di antaranya sudah tidak lagi dipergukan untuk mengibati penyakit tertentu,” ucap Setia Budhi kepada jejakrekam.com, Selasa (1/8/2023).

BACA : Penari Panji Kelana Berusia Renta, Antropolog ULM Usulkan Sungai Getas Jadi Kampung Budaya Bakumpai

Doktor antropolog lulusan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) turun ke desa tak sendiri, didampingi Siti Zulaikha dan Ismar Hamid. Termasuk, melibatkan mahasiswa yang tengah melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Dengan metode dialog bersama beberapa masyarakat terkait pengetahuan lokal pemanfaatan tumbuhan sebagai pengobatan dan cara masyarakat mengolah tanaman obat bisa menjadi pengetahuan bermakna bagi para mahasiswa.

“Dalam kegiatan ini, terdapat 75 pengetahuan lokal Orang Bakumpai dengan bagian-bagian tumbuhan obat yang paling banyak dimanfaatkan yaitu bagian daun sebanyak 23,33 persen. Sedangkan bagian yang paling sedikit digunakan yaitu akar sebanyak 3,33 persen,” papar intelektual Hapakat Bakumpai.

BACA JUGA : Badewa, Ritus Seni Pengobatan Masyarakat Bakumpai di Kalimantan

Menurut Setia Budhi, tumbuhan yang paling sering dimanfaatkan adalah Paria (Momordica charantia), Sirih (Piper betle), Jahe (Zingiber officinale), Kunyit (Curcuma caesia), Laos (Alpinia galanga) Serai (Cymbopogon nardus). Selain Daun Gulinggang (Cassia alata L).

“Yang sudah banyak dikenal dan diekspor ke luar negeri, juga pengatahuan lokal tentang manfaat pengibatan dari  Linggundi (Vitex trifolia L) yang dimanfaatkan bagian daun untuk mengobati radang ternggorongan, sesak nafas dan TBC,” papar Setia Budhi.

BACA JUGA : Tokoh Bakumpai Raih Gelar Kebangsawanan, Kesultanan Banjar Diminta Lobi Kerajaan Belanda

Menurut Setia Budhi, masyarakat Bakumpai di Kelurahan Lepasan dalam memanfaatkan tumbuhan obat terbagi dalam beberapa hal. Di antaranya, cara mengambil tumbuhan obat,  ara mengolah tumbuhan menjadi obat dan waktu mengomsumsi ramuan dari tumbuhan.

“Kearifan lokal cara mengambil tumbuhan yaitu dari bagian tumbuhan seperti daun, batang, pucuk, getah, air, akar, dan bagian kulit serta batang. Dalam pengambilan tumbuhan obat memiliki ukuran atau takaran tertentu misalnya daun yang hanya digunakan dengan jumlah ganjil (5 atau 7 helai.),” ungkap Setia Budhi.

BACA JUGA : Batatamba, Menggali Ritus dan Metode Penyembuhan Penyakit di Tengah Masyarakat Bakumpai

“Dengan cara mengolah seperti direbus, dikeringkan, direndam, diasap, dihaluskan, diremuk dan cara penggunaan seperti dijadikan sayuran, diurap, diusap, ditempel, dibalur, dikunyah, diminum, dimakan, dipupuk dan diisap,” imbuhnya lagi.

Sementara itu, Lurah Lepasan Haryanto menyambut baik kegiatan pengabdian para dosen dan mahasiswa. Dirinya berharap ada keberlanjutan dengan melibatkan masyarakat sekitar. “saya punya banyak pengalaman tentang pengobatan tumbuhan, bahkan memprektikkan dalam keluarga. “Hal ini sangat membantu pihak kelurahan untuk membina keluarga,” kata Haryanto.

BACA JUGA : Kalangan Intelektual Bakumpai Gelar Diskusi Bertajuk Wayah Danum, Kenangan, dan Pengalaman

Hal senada diungkapkan pihak Puskesmas Kelurahan Lepasan. Sebab, program pengobatan herbal bisa membangun kesadaran dan kesehatan masyarakat. Bahkan, Puskesmas Kelurahan Lepasan siap berkolaborasi dengan tim dari ULM, karena selaras dengan program tanaman obat keluarga (toga).

Peserta dialog pengetahuan atau wisdom ‘Uluh Bakumpai” juga merasakan manfaatnya, terlebih lagi banyak tanaman obat yang bisa dilestarikan. Yakni, dengan pembuatan demplot tanaman obat bersama pemuda desa.(jejakrekam)

Penulis Ipik Gandamana
Editor Siti Nurdianti

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.