ACT Resmikan Masjid Persahabatan Indonesia dan Turkistan Timur untuk Penyintas Tsunami Lampung

0

BEBERAPA waktu lalu, Majelis Nasional Turkistan Timur berpartisipasi membantu korban terdampak bencana di Indonesia, salah satunya para korban tsunami di Lampung. Donasi dari diaspora Uighur untuk korban tsunami melalui Aksi Cepat Tanggap (ACT) kini telah diresmikan dalam bentuk Masjid Persahabatan di Way Muli, Rajabasa, Lampung Selatan.

KEHADIRAN Majelis Nasional Turkistan Timur (Uighur) tidak terlepas dari animo kepedulian masyarakat Indonesia kepada warga Uighur yang ditunjukkan. Hal ini disampaikan oleh Seyit Tumturk selaku Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur.

Menurut Seyit, selama puluhan tahun ini, tidak ada yang benar-benar menyuarakan penindasan yang dialami Uighur atau membela nasib Uighur secara terang-terangan. Sampai pada akhir 2018 lalu, masyarakat Indonesia melakukan protes besar-besaran atas ketidakadilan yang dialami Uighur.

“Ini amat berarti bagi 35 juta diaspora Uighur dunia. Semua diaspora Uighur di mana pun menyaksikan sejarah baru ini, bahwa ada yang membela nasib mereka, yakni masyarakat Indonesia. Saya atas nama 35 juta warga Uighur dunia, mengucapkan terima kasih kepada ACT dan kepada seluruh muslim Indonesia, yang telah mengambil tanggung jawab umat ini, dan menjadi contoh seluruh umat muslim di dunia. Semoga Allah meridhai kita semua,” jelas Seyit Tumturk, Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur (Uighur).

Turkistan Timur atau Daerah Otonomi Uighur Xinjiang adalah satu daerah yang sempat menjadi sorotan dunia atas pelanggaran hak dan opresi yang diterima etnis Uighur di Cina.

“Sebagai gambaran, saudara-saudara muslim Uighur di sana dilarang untuk salat, zakat, puasa, menggunakan jilbab, peci, dan segala bentuk simbol peribadahan Islam. Syekh Muhammad Salih adalah salah satu tokoh ulama Uighur di Zinjiang yang ditindas dan meninggal dunia di camp penjara. Nama Syekh ini disematkan pada nama masjid persahabatan ini untuk mengenang jasa beliau,” ungkapnya.

Syuhelmaidi Syukur selaku Senior Vice President ACT menyampaikan rasa bahagianya atas kepedulian masyarakat Uighur. “Tahun lalu beliau datang ke Indonesia, beliau menyempatkan hadir untuk menjenguk saudara kita yang tertimpa tsunami baik di Banten maupun di Lampung dan memberikan bantuan untuk saudara-saudara kita. Alhamdulillah, bantuan tersebut terwujud menjadi masjid ini. Mari, kita berdoa semoga saudara-saudara muslim kita di sana mendapatkan haknya sebagai seorang muslim dan kebebasan beribadah,” ungkap Syuhel.

Harapannya masyarakat Lampung dapat memanfaatkan untuk beribadah dan merawat apa yang sudah dibangun. Dengan diresmikannya masjid tersebut, membuktikan ACT tetap peduli dan tidak meninggalkan masyarakat terdampak di masa sekarang.

Sebelumnya, ACT Lampung juga terus menyapa dengan bantuan paket pangan, paket hadiah untuk marbot masjid, kurban, pembangunan sumur wakaf, dan bantuan lainnya.

Dalam peresmian ini, Burhanudin, selaku Staf Ahli Bidang Ekonomi Pembangunan dan Pemasyarakatan mewakili pemerintahan daerah dan masyarakat Lampung, mengungkapkan rasa terima kasih dan ajakan kerukunan beragama dengan adanya masjid persahabatan yang telah dibangun.

“Atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan, kami mengucapkan terima kasih atas kepedulian dari jajaran ACT dan Majelis Nasional Turkistan Timur dengan memberikan bantuan pembangunan masjid ini. Mudah-mudahan masjid ini dapat bermanfaat, dapat memberikan motivasi kepada kita semua, terutama ibadah salat. Sehingga, masjid ini benar-benar mempunyai nilai. Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa 35 juta Uighur di Cina mengalami opresi dan pelanggaran HAM. Tetapi, luar biasa kepedulian mereka terhadap wilayah kita. Untuk itu tidak berlebihan bila masjid ini diberi nama Syekh Muhammad Salih NurussaA’dah untuk mengenang tokoh agama Islam dari kalangan Uighur. Mudah-mudahan umat Islam di Turkistan Timur baik yang masih hidup berjuang dan sudah tiada semoga diterima di surganya Allah SWT,” ungkapnya.

Burhanuddin juga menyampaikan kilas balik tsunami yang telah terjadi di Lampung tahun lalu. Tsunami yang terjadi lalu adalah sebuah peristiwa yang tidak terlupakan untuk semua pihak, baik pemerintah hingga warga di Way Muli. Hal ini karena bencana tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga kerusakan fasilitas-fasilitas lain seperti rumah, sarana-sarana ibadah di sepanjang Way Muli.

“Untuk itu dengan berdirinya masjid persahabatan ini, semoga dapat menjadi motivasi untuk terus meningkatkan ibadah dan keimanan kita kepada Allah SWT. Negara kita juga sangat rentan atas perpecahan. Oleh karena itu saya mengajak masyarakat agar tidak mudah terprovokasi pula terhadap hal-hal yang akan memecah suku dan agama. Mari kita jaga persatuan dan kesatuan sesama umat, sama-sama menjaga daerah kita, negara kita. Mari terus menjalin kerukunan umat beragama. Sehingga, ke depan bangsa kita dapat lebih baik, lebih maju dan tidak terjadi seperti di negara lain,” tambah Burhanuddin.

Sejalan dengan pernyataan jajaran ACT dan pemerintah setempat, Seyit menambahkan pula harapannya kepada warga Indonesia. “Insya Allah, kita berharap semoga masyarakat indonesia di sini tidak lupa dengan masyarakat Uighur di sana. Semoga, seluruh masyarakat Indonesia tetap peduli dengan muslim Uighur. Saya berharap dengan peresmian Masjid Persahabatan Indonesia dan Turkistan Timur ini, Syekh Muhammad Salih menjadi simbol persahabatan abadi kita. Saya berterima kasih kepada ACT dan juga segenap yang terlibat. Semoga ini menjadi amal jariah di sisi Allah SWT,” katanya.(jejakrekam)

Penulis Fathoni (ACT)
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.