Usai Bara dalam Bongkahan Batu, Kini Jurnalis Senior Garap Film Dokumenter Peranakan Tionghoa Banjar

0

SUKSES menggarap film dokumenter berjudul ‘Bara di Bongkahan Batu’ sebagai bentuk perlawanan terhadap industri ekstraktif di Pegunungan Meratus pada 2018, kini jurnalis senior Budi ‘Dayak’ Kurniawan tengah menyelesaikan proyek serupa.

FILM garapan Padma Borneo Raya Media itu menggambarkan sejarah pertama kali batubara dikeruk dari perut bumi Kalimantan Selatan, ketika Gubernur Jenderal Belanda Rachussen datang ke Pengaron, Kabupaten Banjar.

Sang Gubernur Jenderal ini pun meresmikan tambang pertama di Hindia Belanda bernama Oranje Nassau atau Benteng Emas pada 28 September 1848. Ada cerita menarik, dalam penggarapan film dokumenter, usai Budi Kurniawan dan rekan mewawancarai Bupati Hulu Sungai Tengah (HST) Abdul Latif, ketika itu tak lama tersiar kabar tertangkap tangan dalam operasi senyap KPK terkait dengan komitmen fee proyek RSUD Damanhuri Barabai.

Kini, Budi Kurniawan di bawah bendera Hanania Kanorahan Media sebagai direktur tengah menyelesaikan film dokumenter teranyar berjudul Peranakan Tionghoa Banjar.

BACA : Hanya Ber-SK Tuhan, Penyelamatan Hutan Adat Kalimantan Masih di Awang-Awang

“Film dokumenter ini memang banyak mengambil lokasi syuting di Banjarmasin, terutama di kawasan Pecinan dan Klenteng Suci Nurani,” kata Budi Kurniawan kepada jejakrekam.com, Senin (9/10/2023).

Jurnalis senior ini bercerita total film dokumenter dari berbagai genre dan sudut pandang yang telah diproduksi oleh PT Padma Borneo Raya Media, maupun Hanania Kanorahan Media sudah mencapai 10 judul.

“Yang baru on progress di bawah bendera Hanania Kanorahan Media, perusahan kecil-kecilanku adalah tentang Peranakan Tionghoa Banjar,” kata mantan Redaktur Pelaksana Harian Sinar Kalimantan ini.

BACA JUGA : Menembus Batas Karya Sang Maestro dalam Biografi Anang Ardiansyah

Malang melintang di dunia jurnalistik dengan nalar tajam mengolah berita mendalam dan investigasi menjadikan Budi Kurniawan sudah terasah di lapangan. Bahkan, lewat kanal podcast Ini Budi telah mengangkat beragam perspektif dari kebudayaan Banjar, Dayak serta kearifan lokal yang ada di Tanah Kalimantan.

“Tunggu saja. Semoga film dokumenter Peranakan Tionghoa Banjar ini bisa selesai sesuai target. Film dokumenter semoga memberi warna baru dalam pemahaman terhadap komunitas Tionghoa Banjar di Banua,” kata Budi Kurniawan.

BACA JUGA : Yang Bertahan di Tapal Batas: Wajah Muram Praktik Perkebunan Sawit Banua

Untuk diketahui, buku Tionghoa Banjar telah dirilis oleh Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) serta Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kalimantan Selatan dengan melibatkan 10 penulis dari berbagai latar sudut pandang; sejarah, budaya hingga akulturasi masyarakat Tionghoa yang membumi dengan masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan pada 1 Maret 2023 lalu.(jejakrekam)

Penulis Iman Satria
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.