Dikepung Kue Modern, Wadai 41 di Pasar Sentra Antasari Masih Lestari

0

TRADISI wadai 41 masih dijaga sebagian warga Banjarmasin. Puluhan jenis makanan atau penganan khas Banjar selalu disajikan saat perayaan atau ritual selamatan dan lainya. Buktinya, hingga kini, untuk mendapatkan menu kue berbagai macam itu masih bisa ditemui di Pasar Sentra Antasari, Jalan Pangeran Antasari, Banjarmasin.

KUE basah dan kering berbahan tepung beras, ketan dan gandum dijajakan sedikitnya 30 pedagang yang menggelar lapak di pasar tradisional itu. Mereka berjualan sejak subuh hari, hingga menjelang siang hari. Ini karenakan, ketika siang menjelang, wadah itu dijadikan areal parkir sepeda motor di Pasar Sentra Antasari.

“Ya, kebanyakan wadai (kue) yang kami jual ada 41 macam. Sesuai tradisi Urang Banjar yang ingin menikmati kue-kue masa lalu,” kta Idawati, seorang pedagang kue khas Banjar kepada jejakrekam.com, Sabtu (16/2/2019).

BACA :  Lestarikan Budaya Mawarung, Tawarkan Menu Tradisional Khas Banjar

Menurut Idawati, saat siang hari, para pedagang wadai 41 memang berkurang, karena sebagian telah pulang ke rumah masing-masing. Terhitung, hanya beberapa pedagang yang masih bertahan hingga siang hari.

Meski sekarang sudah terkepung industri rumahan kue modern, Idawati mengungkapkan para peminat kue-kue tradisional Banjar masih ada. Bahkan, ketika ada hajatan atau syukuran, justru kue-kue tradisional Banjar yang jadi menu pilihan utama.

Warga Jalan Ratu Zaleha ini pun mengaku mewarisi usaha menjual wadai 41 ini dari orangtuanya. Cukup lama, Idawati berjualan. Sudah 15 tahun lamanya. Kebanyakan kue-kue khas Banjar merupakan barang titipan dari para pengrajin atau pedagang kue.

“Ada pula, saya beli dan kemudian dijual lagi kepada pembeli. Dari selisih harga itu, saya dapat untung,walaupun sedikit,” kata Idawati.

BACA JUGA:  Wadai Kelemben di Tengah Himpitan Modernitas Kue

Ada beberapa kue khas Banjar seperti wadai cincin, lapat, cengkaruk, dodol, ketupat, kue cucur, apam peranggi, apam Barabai dan lainnya dijual Idawati di atas lapaknya. Untuk harga, Idawati tak membandrol terlalu mahal. Satu bungkus tergantung ukuran berisi 10 biji dipatok seharga Rp 8 ribu.

Menurut Idawati, para penggemar kue khas Banjar tak akan lekang ditelan zaman. Apalagi, Idawati hakkul yakin justru kue-kue tradisional itu tetap menjaga yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Benar saja, seperti Lusiana, yang memiliki kantin di Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin mengaku lebih memilih kue-kue tradisional Banjar, menemani menu kopi atau teh. “Tiap pagi, saya beli kue basah khas Banjar di Pasar Sentra Antasari. Di sini, ada puluhan pedagang yang berjualan, jadi bisa memilih kue-kue yang jadi kesukaan pelanggan,” kata Lusiana.

Di mata Lusiana, kehadiran kue-kue tradisional mampu bertahan di tengah gempuran roti modern yang cukup mudah didapat di Banjarmasin. “Yang pasti, teman minum kopi atau teh, paling cocok ya kue-kue basah khas Banjar,” imbuhnya.(jejakrekam)

 

Penulis Sirajuddin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.