Diterpa Isu Pungli, Tabiun Huda Tegaskan Imbauan Peduli Masalah Stunting

0

RAMAI isu pungutan liar (pungli) kepada para Aparatur Sipil Negara (ASN), dalam program ASN Kota Banjarmasin Peduli Stunting.

HAL ini ditampik tegas oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin, dr Tabiun Huda. Dirinya menyebut, ini hanyalah sumbangan biasa, tanpa unsur paksaan.

Dalam hal tersebut, itu mengacu dari adanya program yang dicanangkan oleh pemerintah pusat, atau dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Yakni, program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS). “Yang kemudian, diterjemahkan ke program ASN Kota Banjarmasin Peduli Stunting,” ucapnya, di Balai Kota, Rabu (6/3/2024).

BACA: Angka Stunting Banjarmasin Masih 24 Persen, Dari Target Capaian 14 Persen

Tabiun menegaskan, tidak ada patokan nominal donasi dari program tersebut. Kemudian, juga tidak diwajibkan. Ia bilang, donasi hanya imbauan saja. “Yang tidak mau, tidak apa-apa. Yang mau berdonasi, alhamdulillah,” ujarnya.

Dana yang terkumpulpun, dilanjutkannya, akan setor dan disalurkan ke rekening khusus yang dibuat untuk program tersebut. “Jadi, tidak mesti harus ke Dinkes. Mereka bisa langsung menyetor ke rekening khusus yang dikelola oleh DPPKBPM Banjarmasin,” jelasnya.

“Pada intinya, kami sudah menyerahkan nomor rekeningnya, silakan dikirim sendiri atau sama-sama dikoordinir di Dinkes tidak apa-apa,” ungkapnya.

Tabiun mengungkapkan, program ini tetap dilakukan meskipun anggaran untuk stunting ini telah ada, karena permasalahan stunting ini sangatlah kompleks menurutnya.

Di Dinkes Banjarmasin saja, tahun ini dana penanganan stunting mencapai Rp 5,5 miliar, bersumber dari APBN. Juga sekitar Rp 300 juta, yang dialokasikan dari APBD.

Maka menurutnya, mesti ada kepedulian masyarakat. Ini pula yang menjadi alasan mengapa ada program ASN Kota Banjarmasin Peduli Stunting. “Jangan hanya instansi saja. Mengapa mengajak masyarakat (ASN), karena mereka juga harus tahu tentang persoalan stunting,” tekannya.

“Bukan masalah kekurangan duit. Tapi, ini soal kepedulian. Membangkitkan kepedulian masyarakat,” lanjutnya.

Tabiun meyakini, dengan adanya kepedulian, penanganan stunting pun bisa diselesaikan dengan cepat. “Kalau masalah kendala uang, tinggal gelontorkan saja selesai. Tapi bagaimana bila akhirnya masyarakat tidak peduli,” bebernya.

“Adanya program ini sebenarnya merangsang kepedulian masyarakat. Jadi sekali lagi bukan masalah duit,” tekannya.

“Kita harus mengajak semua kalangan bekerja sama. Pemerintah, stake holder, perusahaan melalui CSR dan lain sebagainya,” tutupnya.

BACA JUGA: Target Angka Stunting Turun 17 Persen di Tahun 2024, Kader KB di Banjarmasin Dilatih Pendataan

Kepala DPPKBPM Kota Banjarmasin, Helfian Noor juga menegaskan, program ASN Kota Banjarmasin Peduli Stunting adalah turunan dari program pemerintah pusat. Dari program BAAS, diimplementasikan ke daerah.

“Di Kota Banjarmasin, yakni ASN Kota Banjarmasin Peduli Stunting,” ucapnya seusai memantau kegiatan Inovasi Kelurahan Zero Stunting, di Kelurahan Antasan Besar, Banjarmasin Tengah, Rabu (6/3/2024).

Ia juga menyebut, program itu adalah bentuk kolaborasi untuk menekan angka stunting. “Tapi sekali lagi, ini tidak diwajibkan. Hanya sukarela,” tekannya.

Ia memaparkan, sejauh ini dana yang terkumpul dari program ASN Kota Banjarmasin Peduli Stunting mencapai Rp 234 juta. “Dana masuk ke rekening khusus Pengelola BAAS. Penanggung jawabnya Kabid Kesejahteraan Keluarga di DPPKBPM Banjarmasin,” ungkapnya.

Dana yang masuk, disalurkan dalam bentuk makanan. Yang diserahkan setiap harinya ke masing-masing sasaran di kelurahan. “Di tingkat kelurahan, ada namanya inovasi Kelurahan Zero Stunting. Ada lima kelurahan yang jadi lokus kami saat ini,” ucapnya.

Dimana salah satu yang dilakukan adalah di Kelurahan Antasan Besar, yang saat ini dipantau pihaknya.

Setidaknya ada 13 anak yang terdeteksi stunting, dan diberikan bantuan dan sosialisasi setiap harinya.

Di DPPKBPM Banjarmasin sendiri, dikatakannya anggaran yang di gelontorkan untuk penanganan stunting mencapai Rp 2,3 miliar. Dimana itu disalurkan ke 394 posyandu balita. “Perbulan, masing-masing posyandu balita mendapatkan Rp 500 ribu, untuk penyediaan makanan tambahan,” jelasnya.

Terkait dengan kasus stunting di Banjarmasin sendiri, Helfi menuturkan saat ini sudah mengalami penurunan jumlah.

Dari yang berjumlah sebanyak 1.200 kasus di tahun 2023 lalu. Saat ini tinggal tersisa 500 kasus.

BACA LAGI: Angka Stunting di Kalsel Capai 24,6 Persen, Pernikahan Dini Salah Satu Penyebabnya  

Sementara itu, salah seorang orang tua balita yang menerima bantuan dari program ini, Normina mengaku senang.

Dirinya merasa terbantu dengan disediakannya asupan tiap hari bagi anaknya. Tak hanya itu, ia menjelaskan itu juga termasuk pemeriksaan rutin.

Seperti tinggi badan, berat badan, hingga lingkar kepala. “Alhamdulillah, gizi anak saya jadi tercukupi,” ucapnya, sembari membawa anaknya yang berusia 2 tahun 6 bulan itu.

“Meskipun terkadang anak saya sakit, sehingga nafsu makannya kurang. Tapi kami merasa terbantu setiap bisa mendapatkan bantuan ini,” tuturnya.

Diketahui pemberian dan pemeriksaan ini, dilakukan setiap hari, kecuali pada hari minggu karena libur.(jejakrekam)

Penulis Fery Hidayat
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.